Proses
terbentuknya janin laki-laki dan perempuan dimulai dari deferensiasi gonad.
Awalnya sel sperma yang berkromosom Y akan berdeferensiasi awal menjadi organ
jantan dan yang X menjadi organ betina. Deferensiasi lanjut kromosom Y
membentuk testis sedangkan kromosom X membentuk ovarium. Proses deferensiasi
menjadi testis dimulai dari degenerasi cortex dari gonad dan medulla gonad
membentuk tubulus semineferus. Di celah tubulus sel mesenkim membentuk jaringan
intertistial bersama sel leydig. Sel leydig bersama dengan sel sertoli
membentuk testosteron dan duktus muller tp duktus muller berdegenerasi akibat
adanya faktor anti duktus muller, testosteron berdeferensiasi menjadi
epididimis, vas deferent, vesikula seminlis dan duktus mesonefros. Karena ada
enzim 5 alfareduktase testosteron berdeferensiasi menjadi dihidrotestosteron
yang kemudian pada epitel uretra terbentuk prostat dan bulbouretra. Selanjunya
mengalami pembengkakan dan terbentuk skrotum. Kemudian testis turun ke pelvis
terus menuju ke skrotum. Mula-mula testis berada di cekukan bakal skrotum saat
skrotum mkin lmamakin besar testis terpisah dari rongga pelvis.
Sedangkan
kromosom X yang telah mengalami deferensiasi lanjut kemudian pit primer
berdegenerasi membentuk medula yang terisi mesenkim dan pembuluh darah, epitel
germinal menebal membentuk sel folikel yang berkembang menjadi folikel telur.
Deferensiasi gonad jadi ovarium terjadi setelah beberapa hari defrensiasi
testis. Di sini cortex tumbuh membina ovarium sedangkan medula menciut. PGH
dari placenta mendorong pertumbuhan sel induk menjadi oogonia, lalu
berplorifrasi menjadi oosit primer. Pada perempuan duktus mesonefros
degenerasi. Saat gonad yang berdeferensiasi menjadi ovarium turun smpai rongga
pelvis kemudian berpusing sekitar 450 letaknya menjadi melintang.
Penis
dan klitoris awalnya pertumbuhannya sama yaitu berupa invagina ectoderm.
Klitoris sebenarnya merupakan sebuh penis yang tidak berkembang secara
sempurna. Pada laki-laki evagina ectoderm berkembang bersama terbawanya sinus
urogenitalis dari cloaca.
Pengeluaran
Bayi
Kelahiran bayi dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama, proses
persiapan persalinan. Dalam tahap ini terjadi pembukaan (dilatasi) mulut rahim
sampai penuh. Selanjutnya, tahap kedua adalah kelahiran bayi yang keluar dengan
selamat. Tahap ketiga, pengeluaran plasenta. Tahap berikutnya adalah observasi
terhadap ibu selama satu jam usai plasenta keluar.
Tahapan yang pertama adalah kontraksi. Ini biasanya fase paling
lama. Pembukaan leher rahim (dilatasi) sampai 3 cm, juga disertai penipisan
(effasi). Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa hari, bahkan beberapa
minggu, tanpa kontraksi berarti (kurang dari satu menit). Tapi pada sebagian
orang mungkin saja terjadi hanya 2-6 jam (atau juga sepanjang 24 jam) dengan
kontraksi lebih jelas. Setelah itu leher rahim akan semakin lebar.Umumnya fase
ini lebih pendek dari fase sebelumnya, berlangsung sekitar 2-3 jam. Kontraksi
kuat terjadi sekitar 1 menit, polanya lebih teratur dengan jarak 4-5 menit.
Leher rahim membuka sampai 7 cm.
Secara umum dan normal,
pembukaan leher rahim akan terus meningkat dengan kontraksi yang makin kuat.
Terjadi 2-3 menit sekali selama 1,5 menit dengan puncak kontraksi sangat kuat,
sehingga ibu merasa seolah-olah kontraksi terjadi terus-menerus tanpa ada jeda.
Pembukaan leher rahim dari
3 cm sampai 10 cm terjadi sangat singkat, sekitar 15 menit sampai 1 jam. Saat
ini calon ibu akan merasakan tekanan sangat kuat di bagian bawah punggung. Begitu
pula tekanan pada anus disertai dorongan untuk mengejan. Ibu pun akan merasa
panas dan berkeringat dingin.
Posisi calon ibu saat
melahirkan turut membantu lancarnya persalinan. Posisi setengah duduk atau
setengah jongkok mungkin posisi terbaik karena posisi ini memanfaatkan gaya
berat dan menambah daya dorong ibu.
Pengeluaran
plasenta
Rasa lelah ibu adalah hal
yang tersisa ketika bayi sudah keluar, tapi tugas belum berakhir. Plasenta yang
selama ini menunjang bayi untuk hidup dalam rahim harus dikeluarkan.
Mengerutnya rahim akan memisahkan plasenta dari dinding rahim dan
menggerakkannya turun ke bagian bawah rahim atau ke vagina. Ibu hanya tinggal
mendorongnya seperti halnya mengejan saat mengeluarkan bayi. Hanya saja tenaga
yang dikeluarkan tak sehebat proses pengeluaran bayi. Apabila plasenta telah
keluar, akan segera dijahit robekan atau episiotomi sehingga kembali seperti
semula.
Rujukan:
Corebima,
AD. 1997. Genetika Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press
Hamilton, W.J dkk. 1957. Human
Embryology. Cambridge: W. Heffer % Sans Limited.
Moore, Keith L. 1988. The
Developing Human. Canada: W.B Saunders Company.
Sudarwati, Sri.dkk. 1990. Dasar-Dasar
Struktur dan Perkembangan Hewan. Bandung: Penerbit ITB
Tenzer, A dkk. 2001. Petunjuk
Praktikum Perkembangan Hewan. Malang: JICA UM Malang.
Yatim, W.
1982. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito Penerbit buku
0 komentar:
Post a Comment
BUDAYA BERKOMENTAR SANGAT BAIK... AYO BERKOMENTAR!!