Pages

Thursday, December 31, 2009

EBOOK GRATIS CARI UANG DI INTERNET


Bookmark and Share


WEBSITE SAYA

Sekarang sudah menjamur yang namanya blogging apalah pokoknya yang berhubungan dengan online di internet..

Apalagi tu namanya bisnis online... wah keren banget tu bisa menghasilkan duit dengan ngenet doank.. siapa ga mau?? Apalagi yang berbau gratisan!

Lha saya punya tips yang saya simpan untuk bacaan sendiri dari suatu website yang saya gemari artikelnya..

lebih baik anda download sajalah tutorial gratis ini... silahkan klik link-link ini satu-satu...
semoga info tersebut bisa membantu anda..

  1. Tips Biar ga Males
  2. Cara cepat cari uang di internet
  3. Membuat proposal bisnis
  4. cari uang dg people string
  5. Cara Promosi Blog
  6. RHS dari fokus
  7. BISNIS 1
  8. BISNIS 2
  9. BISNIS 3
  10. BISNIS 4
  11. Tidak punya uang ga bingung
  12. Jadi master
  13. stop OVERLOAD info

Ayo cepet dibaca mumpung ada yang gratisan ngapain cari yang mahal buukkkkk.... oke sok atuh...

Review OS Windows



Bookmark and Share

Review Tentang Operating System : Windows XP Professional VS VISTA Home Basic, Windows 7 dan Linux….

Akhir-akhir ini banyak keluaran OS bikinan Microsoft yang menurut saya sangat bagus. Semua produknya memuaskan konsumen. Sangat membantu kegiatan saya. Apapun itu OS nya.. hehehe…. Ya, saya lanjutkan review saya. Ini berdasarkan pengalaman pribadi saya setelah memakai beberapa produk ini. Berikut sedikit kutipan dari saya :

Windows XP Professional

OS satu ini sudah lama beredar dan lebih lama bertahan pada posisinya… Ini OS yang paling saya suka, kenapa? Keuntungannya banyak, seperti :

1. Pengoperasiannya yang mudah. Karena saya pertama kali belajar dengan OS yang sama namun versinya masih di bawah XP, misal : Windows 98, Windows ME, dll

2. Softwarenya mudah dicari dan sangat mudah didapat. Di internet juga, yang biasa di anjurkan biasanya XP, meski vista sekarang mulai menyaingi.

3. Bisa dibuat kayak vista dan linux. Caranya pake tema yang mirip atau sama dengan vista dan linux. So, ga perlu ganti OS kalau hanya pingin mirip vista sama linux aja. Programnya? Banyak. Search aja di google. Contoh linknya : www.crystalxp.net

4. Ga berat….. Dia enteng punya, ga lemot, misal buka macem-macem program gitu ga papa, asal memori RAM nya minimal 1 GB lah.. atau 256 Mb juga lumayan kok.

Kelemahannya juga ada sich, misal :

1. XP itu rawan virus. So untuk atasinya, sediakan antivirus yang update pastinya. Minimal diupdate 1 minggu sekali. Atau dikasih Deep Freeze lalu freeze (bekukan) local disk c: ajah coz tu tempatnya program-program n windowsnya yang penting gitu.. Dan jangan sampai local disk d: kamu bekuin juga, mati lu! Ntar g bisa nyimpen apa-apa. Ingat, kamu harus apal password deep freezemu..

2. Kalo kebanyakan aplikasi lemot juga.

Windows VISTA Home Basic

OS satu ini saya ga begitu paham. Tapi menurut saya, sejauh ini pengoperasiannya sama aja dengan XP. Kelebihannya :

1. Vista itu menang penampilan. Designnya bagus, animasi juga bagus.

2. Software bisa milih. Ada beberapa software XP yang bisa jalan di Vista. Ada juga yang ga bisa.

Tapi kelemahannya juga ada :

1. Lemot, buat buka beberapa program. OSnya Berat..

2. Banyak bugnya

3. Tidak stabil, tidak kompatibel

4. Perintahnya terlalu banyak membuatku muak saja.

5. Rentan virus juga. Jadi rajin-rajin saja update antivirusnya.

Ya sedikit itu yang kutau berdasar pengalaman yang ada. Mengenai vista ini. Karena saya tetap memakai Windows XP Professional SP2

Windows 7

Wah saya malah belum paham ini. Terlalu baru buat saya. Sekilas penampilannya kayak vista. Dan menurut teman-teman saya, ini lebih kompatibel sama semua software baik vista atau xp. Ini mungkin perbaikan dari vista yang bugnya banyak. Semoga windows 7 lebih baik, cepat, dan aman.

Linux

OS linux ini sangat sederhana pengoperasiannya. Programnya sangat berbeda dengan xp maupun vista. Keunggulannya, linux anti dengan virus karena dia bisa membaca virus. Jika ada virus masuk, pasti keliatan dan kita bisa hapus secara manual. Jadi linux tidak perlu antivirus sejauh ini.

Tapi bagi kebanyakan orang menggunakan linux lebih sulit dibandingkan OS lainnya. Karena kesimpelannya ini. Buat yang sudah biasa sih enjoy aja. Intinya juga sama aja………

Yah sekian deh tentang review saya. Bila kawan tau lebih banyak, mohon disharingkan disini okee……….. ^_^


WELCOME

Hai ?!!

Bagaimana kabar kawan netter semua?
Saya harap hari ini anda sehat wal afiat

SELAMAT DATANG di Faceblog saya..

Herankah?
tidak! Kini facebook sudah menjamur di kalangan masyarakat... Pada saat itulah saya berpikir buat blog yang kayak fb.... hem gimana yah.....

yah kayak ginilah.......
Ga butuh banyak tutorial buat kayak ginian....... Just copy-and-paste do well.. then publish!

SIMPLE n' praktis..

n tatattata hasilnya wahhh mirip banget...... salut buat pembuat ide css blog ini yakni EDO PRANATA... thanks guys... that's great idea!!!

LIKE THIS.....

Saturday, December 26, 2009

Sketsa Remaja Masakini

Kunjungi juga webku di http://wilda.comxa.com

Pergaulan Remaja Masa Kini

Pergaulan remaja masa kini menurut sepengetahuanku sangat mengkhawatirkan. Apalagi kita sekarang ada di era globalisasi dimana kebebasan telah diterapkan oleh sebagian kaum muda. Memang yang namanya pergaulan itu bermakna buruk. Sah-sah aja kalo kita bergaul dengan banyak orang. Asal orang yang kita ajak temenan itu orang yang positif yang dapat menebarkan kebaikan kepada kita.
Yang dinamakan bergaul itu bukan budaya berpacaran lalu kita di anggap bergaul. Kalimat pacaran di Islam itu tidak boleh dilakukan. Tapi mengapa banyak sekali orang yang menganggap itu baik ? Padahal orang yang ngelakuin pacaran itu sama aja mendekati pada perbuatan zina. Pacaran bukan merupakan adat kita, ini merupakan budaya bangsa barat yang banyak dicontoh kaum muda sekarang. Adalagi yang bilang pacaran itu boleh asal secara Islami, padahal jelas-jelas Islam melarang hal itu. Jadi jelas ga ada yang namanya pacaran. Orang yang dapat dianggap gaul adalah orang yang mengikuti trend masa kini. Biasanya trend itu asalnya dari luar negeri. Mereka lebih suka memakai produk luar negeri agar dianggap gaul di mata orang lain. Kalo trend itu ga ngaruh apa-apa dan kalo bisa menju hal positif ya ga papa sih. Tapi kalo menjerumuskan ke negative? Wah gawat tuh perlu dicegah secepatnya. Tapi alangkah baiknya jika kita mencintai produk dalam negeri. Toh sama aja kan ! kita Cuma kalah merek dan kualitas aja. So, kita sebagai generasi penerus wajib buat produk atau ngembangin produk yang berkualitas, yang nantinya dapat bersaing di dunia Internasional. Betul ga ??
Pergaulan zaman sekarang sangat perlu pengawasan ketat, khususnya orang tua wajib memberi kepedulian penuh terhadap putra-putrinya di rumah. Di kota metropolitan saat ini, terkenal dengan ganasnya pergaulan. Maksudnya, pergaulan disana sebagian orang berpendapat dapat menjerumuskan menuju hal yang negative. Misal dengan mengikuti gank atau kelompok tertentu dimana biasanya mereka menyukai kebut-kebutan, pemakai narkoba, suka free sex dan lain sebagainya. Aku ga nuduh siapa-siapa tapi biasanya, dan inipun juga banyak terjadi di sekiling masyarakat. Ini membuat sekaliling masyarakat yang peduli akan masa depan remaja trenyuh dan khawatir jika hal ini semakin berlanjut.
Kalo nurut aku bergaul itu boleh aja. Maksudnya bergaul ala aku adalah punya temen sebanyak-banyaknya yang positif dan dapat mengajakku ke dalam kebaikan. Terus kita menjalin persahabatan, membuat jaringan pertemanan lalu saling tukar informasi sana-sini, belajar kelompok bareng, sharing-sharing, main bareng dan lain sebagainya. Sehingga jika kita ditanya seseorang tentang suatu hal so, kita bisa ngejawabnya dengan mudah dan nyambung banget dengan permasalahan yang kita hadapi. Itulah yang dimaksud orang yang gaul, orang yang ngerti semua hal, semua informasi yang ada dan paham dengan apa yang ia kerjakan dan yang dibicarakan. Yah kayak gitu deh,… jadi orang yang gaul ga mesti kudu pacaran, lebih baik punya temen banyak kan daripada Cuma satu itu-itu ajah… Jodoh sudah ditangan Tuhan, so kita tugasnya memohon dan berdoa ajah, yang diselingi usaha juga. Tapi itu nanti, kalo kita uda punya duit dari hasil kerja, kita boleh cari tuh pasangan. Kalo masih sekolah, mending kamu focus aja tuh ma sekolah kamu. Tingkatin prestasimu biar ortumu seneng, orang lain seneng dan kamu banyak dikenal orang. So, gampang kan kalo uda gitu. Mau cari apa aja mudah banget… “There is no impossible. You can if you think you can ! Do the best for future….. “
Sekian critanya yah, moga bisa nambah info kalian. Komentari saya yah . . .


Perbedaan MITOSIS dan MEIOSIS

Kunjungi juga webku di http://wilda.comxa.com

Mitosis

Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Proses mitosis terjadi dalam empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Fase mitosis tersebut terjadi pada sel tumbuhan maupun hewan. Terdapat perbedaan mendasar antara mitosis pada hewan dan tumbuhan. Pada hewan terbentuk aster dan terbentuknya alur di ekuator pada membran sel pada saat telofase sehingga kedua sel anak menjadi terpisah.

Profase. Pada awal profase, sentrosom dengan sentriolnya mengalami replikasi dan dihasilkan dua sentrosom. Masing-masing sentrosom hasil pembelahan bermigrasi ke sisi berlawanan dari inti. Pada saat bersamaan, mikrotubul muncul diantara dua sentrosom dan membentuk benang-benang spindle, yang membentuk seperti bola sepak. Pada sel hewan, mikrotubul lainnya menyebar yang kemudian membentuk aster. Pada saat bersamaan, kromosom teramati dengan jelas, yaitu terdiri dua kromatid identik yang terbentuk pada interfase. Dua kromatid identek tersebut bergabung pada sentromernya. Benang-benang spindel terlihat memanjang dari sentromer (Campbell et al. 1999).

Metafase. Masing-masing sentromer mempunyai dua kinetokor dan masing-masing kinetokor dihubungkan ke satu sentrosom oleh serabut kinetokor. Sementara itu, kromatid bersaudara begerak ke bagian tengah inti membentuk keping metafase (metaphasic plate) (Campbell et al. 1999).

Anafase. Masing-masing kromatid memisahkan diri dari sentromer dan masing-masing kromosom membentuk sentromer. Masing-masing kromosom ditarik oleh benang kinetokor ke kutubnya masing-masing (Campbell et al. 1999).

Telofase. Ketika kromosom saudara sampai ke kutubnya masing-masing, mulainya telofase. Kromosom saudara tampak tidak beraturan dan jika diwarnai, terpulas kuat dengan pewarna histologi (Campbell et al. 1999).

Tahap berikutnya terlihat benang-benang spindle hilang dan kromosom tidak terlihat (membentuk kromatin; difuse). Keadaan seperti ini merupakan karakteristik dari interfase. Pada akhirnya membran inti tidak terlihat diantara dua anak inti (Campbell et al. 1999).

Sitokinesis. Selama fase akhir pembelahan mitosis, muncul lekukan membran sel dan lekukan makin dalam yang akhirnya membagi sel tetua menjadi dua sel anak. Sitokinesis terjadi karena dibantu oleh protein aktin dan myosin (Campbell et al. 1999).

Meiosis

Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom homolog serta terjadi pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak. Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II (meiosis II). Meiosis I dan meiosis II terjadi pada sel tumbuhan. Demikian juga pada sel hewan terjadi meiosis I dan meiosis II. Baik pada pembelahan meiosis I dan II, terjadi fase-fase pembelahan seperti pada mitosis. Oleh karena itu dikenal adanya profase I, metafase I, anafase I , telofase I, profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II. Akibat adanya dua kali proses pembelahan sel, maka pada meiosis, satu sel induk akan menghasilkan empat sel baru, dengan masing-masing sel mengandung jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom sel induk.

UJI MIKROBIOLOGI AIR

Kunjungi juga webku di http://wilda.comxa.com

UJI MIKROBIOLOGI AIR
I. TUJUAN
Praktikum ini dimaksudkan untuk mengajarkan pada mahasiswa:
1. Prosedur uji bakteriologik air.
2. Mencari nilai MPN coliform dan TPC bakteri coli pada sampel air.
3. Cara mengisolasi bakteri Escherichia coli dari sampel air

II. LANDASAN TEORI
Air yang kita gunakan untuk keperluan sehari-hari mengandung berbagai jenis mikroba (patogen dan nonpatogen) di dalamnya. Seiring dengan berkembangnya industri, penduduk dan luasnya areal pemukiman, ketersediaan akan air bersih yang layak diminum semakin langka. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menilai kelayakan / kualitas air unuk menjadi air minum adalah jenis bakteri yang terkandung di dalamnya.
Pemakaian air sungai sebagai air minum masih aman digunakan asalkan mikroorganisme (bakteri) yang terkandung di dalamnya tidak bersifat patogen. Air minum yang tercemar oleh kuman dapat menyebabkan wabah penyakit usus. Ditemukannya kuman-kuman patogen dari air minum, misalnya Salmonella Tiphy, Shigella dysentriae, Vibrio Cholera, Escherichia coli merupakan bukti langsung bahwa air minum sudah tercemar kotoran manusia. Salah satu metode pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan monitoring kualitas air secara mikrobiologik sebelum dijadikan sebagai sumber air minum.
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan,, susu,dll. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negative, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35C. Adanya bakteri koliform di dalam minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksikgenik yang berbahaya bagi kesehatan.
Keberadaan kuman-kuman patogen dalam sampel air umumnya dalam jumlah kecil dan karena sukarnya teknik pengisolasian, maka pemeriksaan bakteriologik air minum untuk mengetahui keberadaan kuman pathogen menjadi tidak praktis. Selain itu, analisis air tidak memungkinkan dapat menentukan semua jenis kuman patogen. Oleh karena itu, dilakukan suatu pendekatan dengan melakukan pemeriksaan bakteriologis terhadap keberadaan kuman komensal usus manusia, yaitu bakteri koli (koli fekal dan nonfekal) utamanya bakteri Escherichia coli sebagai indikator terjadinya pencemaran fekal. Digunakannya Escherichia coli sebagai indikator kualitas air disebabkan Escherichia coli hidup di usus manusia dan hewan dan keluar melalui tinja sehingga keberadaanya di air memperingatkan tentang kemungkinan adanya patogen lain yang berasal dari usus atau system pencernaan hewan dan manusia. Selain itu Escherichia coli juga dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas pada suhu kamar, sehingga untuk uji bekteriologik air merupakan indikator yang terpercaya.

Pemerikasaan bakteriologik air terdiri dari :
a. Pemeriksaan kuantitatif, yaitu untuk menentukan atau mendeteksi bakteri koli dalam air, terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Uji pendugaan (presumptive test)
Uji ini dilakukan untuk menduga keberadaan bakteri koli dalam suatu sampel air. Uji dilakukan dalam medium fermentasi kaldu laktosa (laktosa broth) yang berisi tabung Durham. Uji dinyatakan positif bila terbentuk gas pada tabung Durham, karena bakteri koli mampu memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan gas yang merupakan khasnya. Uji pendugaan dapat menunjukkan kuantitas mikroorganisme koli yang merupakan jumlah perkiraan trdekat (MPN : Most Probable Number). MPN didapatkan dengan menghitung jumlah tabung positif dari tiap seri setelah 24 jam inkubasi pada suhu 37°C. Jumlah tabung tersebut dicocokkan dengan tabel MPN yang sesuai dengan jumlah seri tabung yang digunakan (missal MPN 3-3-3 atau MPN 5-5-5) untuk mengetahui nilai MPN.
2. Uji penegasan atau penentu (confirmed test)
Konfirmasi dari uji pendugaan perlu dilakukan, karena nilai positif (gas) dari uji pertama dapat juga merupakan reaksi dari bakteri non koli yang bukan indicator pencemar fekal. Uji penentu memrlukan medium selektif atau diferensisal, misalnya BGLB (Brilliant Green Lactose Broth) dengan dilengkapi tabung Durham, EMB (Eosin Metylen Blue) atau endo agar. umumnya digunakan BGLB dengan tabung Durham karena diketahui ox-bile dan brilliant green dalam BGLB mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif yang termasuk memfermentasikan laktosa seperti Clostridia. Syarat uji bernilai positif sama dengan uji pendugaan. Bila pada tahap ini di dalam kultur uji masih terbentuk gas, maka sampel air dinyatakan tidak layak minum.
3. Uji pelengkap (completed test)
Uji ini merupakan analisis akhir dari sampel air untuk mendeteksi keberadaan bakteri koli fekal. Metode yang digunakan adalah pengecatan Gram terhadap bakteri yang muncul atau tumbuh pada media EMB agar pada uji penentu. Bila karakter koloni berwarna hijau metalik dan hasil pengamatan dengan mikroskop menunjukkan bakteri berbentuk batang tersebut adalah E. coli dan uji pelengkap bernilai positif.
b. Pemeriksaan kualitatif, yaitu untuk menentukan total mikroba yang terdapat dalam sampel air yang umumnya menggunakan media kaldu agar.
Adapun untuk melindungi dan mencegah masyarakat terhadap bahaya penyakit yang bersumber dari air, maka WHO dan menteri kesehatan RI menetapkan baku mutu air minum sebagai berikut :
Baku mutu WHO Menkes RI
MPN coliform 0/100 ml air 0/100 ml air
MPN E. coli 0/100 ml air 0/100 ml air
TPC 100 kuman/ ml air 200 kuman/ml air

III. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Media cair laktosa (lactose broth)
2. Medium cair BGLB
3. Media agar EMB
4. Media agar Salmonella Shigella Agar (SSA)
5. Agar kaldu (NA)
6. Sampel air (air kemasan, air isi ulang, air PDAM dan air sungai).
Bahan
1. Tabung reaksi
2. Tabung Durham
3. Cawan Petri
4. Labu Erlenmeyer
5. Pipet ukur
6. Bunsen.
IV. PROSEDUR
a. Pemeriksaan kuantitatif
1. Uji pendugaan dengan metode 5-5-5
Metode ini menggunakan 3 kelompok tabung. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 tabung dan tiap-tiap tabung reaksi pada kelompok satu, dua dan tiga berturut-turut berisi 10, 5, 5 ml medium kaldu laktosa dan tabung Durham yang telah dalam keadaan steril. Kemudian pada tiap-tiap tabung kelompok 1, 2, dan 3 ditambahkan 10, 1, 0,1 ml sampel air uji secara aseptic menggunakan pipet ukur. Selanjutnya semua tabung reaksi diinkubasi pada suhu kamar (37° C) selama 24 jam. Bila tidak terdapat cukup gas (<10 %) dalam tabung Durham, maka sebaiknya inkubasi dilanjutkan sampai 24 jam kemudian (total 48 jam inkubasi). Bila selama 24 jam dinyatakan jumlah gas yang berada di tabung Durham cukup (≥ 10 %), maka uji presumtif dinyatakan diduga positif. Catatlah banyaknya tabung reaksi pada masing-masing kelompok yang bernilai positif, gunakan tabel Mc Crady untuk mengetahui nilai MPN kuman coliform tiap 100 ml sampel air uji.
2. Uji penegasan / penentu
Biakan dalam tabung reaksi yang bernilai positif pada masing-masing kelompok ditanam kembali pada tabung reaksi yang berisi medium cair BGLB yang didalamnya dilengkapi tabung Durham. Volume medium dan biakan yang ditambahkan sesuai dengan kelompok asal usul presumtif. Kemudian diinkubasi 24 jam pada suhu kamar (37° C). Bila terdapat gelembung gas didalamnya uji penegas positif dan dianggap mengandung E.coli. Catatlah banyaknya tabung reaksi yang bernilai penegasan positif dari masing-masing kelompok. Gunakan tabel Mc Crady untuk mengetahui nilai MPN kuman E.coli tiap 100 ml sampel air uji.
3. Uji pelengkap
Biakan dalam tabung yang beruji penegasan positif di tanam secara gores (streak method) pada media EMB. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar (37° C) selama 48 jam. Setelah itu dilakukan pengecatan gram terhadap koloni yang muncul atau tumbuh. Uji lengkap bernilai positif bila koloni yang muncul berwarna hijau metalik dan hasil pengecatan gram melalui pengamatan mikroskop diketahui bakteri berbentuk batang Gram negatif. Jika uji lengkap bernilai positif, maka dapat dipastikan bakteri tersebut adalah E.coli.

b. Pemeriksaan kualitatif
Metode yang digunakan adalah TPC (total plate count). 1 ml sampel air yang diencerkan di tanam menggunakan metode cawan tuang dengan megia kaldu agar untuk mengetahui total bakteri dalam sampel air uji dan media SSA untuk mengetahui keberadaan bakteri Salmonella dan Shigella dalam sampel air uji. Kemudiam diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar (37° C). Koloni yang muncul dihitung populasinya dan bila jumlah koloni lebih dari 300 koloni, maka digunaka quebec colony counter sebagai alat bantu menghitung. Jumlah koloni yang telah ditemukan adalah jumlah bakteri per ml sampel air uji.


IV. HASIL PENGAMATAN
No. Bahan Pemeriksaan kuantitatif Pemeriksaan kualitatif
Uji pendugaan Uji penegasan (BGLB) Uji pelengkap TPC (NA) Patogen (EMB) Patogen (SSA)
1 Air kemasan Negatif _ _ 5 7 3
2 Air isi ulang Negatif _ _ 149 87 197
3 Air PDAM Negatif _ _ 325 129 1
4 Air sumur Positif semua (15 tabung) Positif semua (15 tabung) Positif 5 tabung (0,1 ml= 3 tabung ; 1 ml = 2 tabung) 154 (pengenceran 102) 206 304


V. PEMBAHASAN
Air merupakan kebutuhan esensial bagi seluruh makhluk hidup dan merupakan habitat yang secara alami sangat mudah tercemar oleh faktor biotik dan abiotik. Untuk dapat digunakan sebagai air minum, maka air tersebut harus memenuhi 3 syarat, yaitu nilai MPN koliform dan coli adalah 0 cell/ml, nilai TPC < 102 CFU/ml, dan bakteri patogen harus bernilai 0 atau nihil. Untuk itu, maka pada praktikum ini akan dilakukan uji mikrobiologi air untuk mengetahui kelayakan air tersebut untuk dapat digunakan sebagai air minum atau tidak. Dan dari uji tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut

1. Uji pada air kemasan
Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap, semuanya bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah 0 cell/100 ml. Sedangkan pada metode TPC dengan media NA didapatkan jumlah mikroba 5 CFU/ml. Dan pada uji patogen dengan medium EMB ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah 7 CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan bakteri Salmonella dan Shigella dengan jumlah 3 CFU/ml. Dari beberapa nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa air kemasan tersebut tidak layak untuk diminum.

2. Uji pada air isi ulang
Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap, semuanya bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah 0 cell/100 ml. Sedangkan pada metode TPC dengan media NA didapatkan jumlah mikroba 149 CFU/ml. Dan pada uji patogen dengan medium EMB ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah 87 CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan bakteri Salmonella dan Shigella dengan jumlah 197 CFU/ml. Dari beberapa nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa air isi ulang tersebut tidak layak untuk diminum.

3. Uji pada air PDAM
Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap, semuanya bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah 0 cell/100 ml. Sedangkan pada metode TPC dengan media NA didapatkan jumlah mikroba 325 CFU/ml. Dan pada uji patogen dengan medium EMB ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah 129 CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan bakteri Salmonella dan Shigella dengan jumlah 1 CFU/ml. Dari beberapa nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa air PDAM tersebut tidak layak untuk diminum.

4. Uji pada air sumur
Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap, semuanya bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah cell/100 ml. Sedangkan pada metode TPC dengan media NA didapatkan jumlah mikroba 154 CFU/ml. Dan pada uji patogen dengan medium EMB ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah 206 CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan bakteri Salmonella dan Shigella dengan jumlah 304 CFU/ml. Dari beberapa nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa air sumur tersebut tidak layak untuk diminum.

Setiap selesai menuangkan sampel air pada medium, harus dilakukan homogenisasi sampel yang merupakan tahap pendahuluan yang berguna untuk membebaskan sel bakteri yang mungkin terlindung partikel sampel dan untuk memperoleh distribusi bakteri sebaik mungkin.
Sedangkan untuk sampel air PDAM dan air sumur perlu dilakukan pengenceran. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan koloni yang tumbuh secara terpisah dan agar dapat dihitung dengan mudah. Hal ini akan sangat membantu terutama untuk sampel dengan cemaran yang sangat tinggi.



VI. KESIMPULAN
Dari hasil uji mikrobiologi di atas dapat disimpulkan bahwa
1. Pemeriksaan bakteriologik air dapat dilakukan secara kuantitatif (metode MPN) dan kualitatif (metode TPC).
2. Ada perbedaan yang signifikan antara air kemasan, air isi ulang, air PDAM, dan air sumur dalam nilai MPN, TPC, dan jumlah bakteri patogen.
3. Nilai MPN pada air kemasan,air isi ulang, dan air air PDAM adalah 0 cell/ml, sedangkan nilai MPN pada air sumur cell/ml.
4. Nilai TPC pada air kemasan adalah 5 CFU/ml, air isi ulang 149 CFU/ml, air PDAM 325 CFU/ml, dan air sumur 154 CFU/ml.
5. Berdasarkan nilai MPN, TPC, dan jumlah bakteri patogen yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologi keempat sampel air tersebut tidak layak untuk diminum.


VII. DAFTAR PUSTAKA
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Organisme Jilid 1. Bandung : CV. Yrama Widya.
Tim Dosen Biologi. 2009. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Surabaya : Universitas Airlangga.
Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.

Cladocera

Kunjungi juga webku di http://wilda.comxa.com

CLADOCERA

Klasifikasi :
Regnum :Animalia
Filum :Arthropoda
Subfilum :Crustacea
Kelas :Branchiopoda
Subkelas :Diplostraca
Ordo :Cladocera

DESKRIPSI

Ordo cladocera dinamakan juga Kutu air merupakan bagian dari branchiopoda yang membentuk suatu grup monophyletic yang saat ini mempunyai 11 keluarga, 80 genera, dan sekitar 400 spesies. Artinya kaki yang juga berfungsi seperti insang jumlahnya sedikit, hanya 5 sampai 6 pasang. Kelompok cladocera adalah bagian dari kelas arthropod yang crustacean, digolongkan dalam grup phyllopoda. Yang umum dikenal adalah genus dari Daphnia sebagai penguji adanya indikasi pencemaran air.
Struktur tubuh cladocera terdiri dari kepala, thorax, perut, antenna, dan sebagian ada yang memiliki ekor. Ruas-ruas tubuh tidak jelas, biasanya thorax dan abdomen tertutup karapas yang tampak seperti 2 keping. Sebenarnya karapas tersebut bukan 2 keping tetapi hanya 1 helai yang melipat dan terbuka dibagian ventral bervariasi dari bundar, oval, memanjang atau persegi.
Kepala diterapkan dengan punggung di daerah yang biasanya disebut chemosensoric antennulae. Selain itu, untuk jantan antenulae ini juga dapat berfungsi untuk memeluk betina dalam proses reproduksi. Memiliki 5 atau 6 pasang kaki yang menempel di perut yang menghubung ke punggung, sedangkan yang dewasa memiliki 4 segmen leptodora, setelah itu ada postabdomen lalu berakhir pada furca claws.
Pada kepala terdapat sebuah mata majemuk dan ada kalanya sebuah ocellus, keduanya berfungsi untuk menentukan arah terhadap sumber cahaya dan intensitas cahaya. Antenna pertama (antenul) kecil dan terletak dibagian ventral kepala, mengandung setae olfaktori (penciuman). Antenna kedua besar, sepasang, masing-masing terdiri atas sebuah pangkal ruas yang kuat dan bercabang dua menjadi sebuah ramus dorsal (ramus superior) dan sebuah ramus ventral (ramus inferior). Pada setiap ramus terdapat setae berbulu. Formula setae seringkali dipakai untuk identifikasi genera atau spesies. Formula setae pada Daphnia ialah 0-0-1-3/1-1-3. Artinya ramus dorsal terdiri atas 4 ruas di mana berturut-turut dari ruas pertama sampai keempat. Ramus vental ada 3 ruas, pada ruas pertama, kedua dan ketiga. Antenna kedua berfungsi sebagai alat renang dan cara renang cladocera sangat khas, yaitu tersendat-sendat (intermittently), tidak mulus dan gemulai seperti Branchiopoda yang lain.
Biasanya pasangan kaki pertama dan kedua berfungsi seperti tangan, serta dapat digunakan untuk berpegang pada substrat. Bentuk abdomen tidak jelas, namun di bagian posterior terdapat postabdomen yang besar dan dilengkapi 2 helai setae abnominal. Di ujung abdomen terdapat sepasang kuku (claw). Pada tepi kuku terdapat sederetan gerigi, digunakan untuk identifikasi spesies kelompok. Postabdomen berfungsi untuk membersihkan sampah dan kotoran yang menempel pada kaki serta membantu pergerakan. Jadi Claws tersebut berfungsi sebagai abreptor (pembersih rongga badan).
Kemudian ada lagi dua kemudi bristles yang menghubungkan ke perut. Sebagian besar cladocera ini mengorientasikan dirinya dengan sirip belakang atas. Mereka juga memiliki dua valved carapace yang meliputi sebagian besar tubuhnya kecuali bagian dari appendages. Dalam beberapa famili, kepala biasanya dipisahkan dari badan dengan lekukan mendalam, tetapi tidak dapat dipisahkan. Pada dahi terdapat gabungan mata (unpaired), kemampuan bergerak secara vertical maupun horizontal.
Sedangkan, bila dibandingkan dengan Laevicaudata, sama-sama Monophyletic taxon. Struktur tubuh Laevicaudata mempunyai dua antena sama dengan Cladocera. Hanya fungsi dan sifatnya agak beda, antena yang pertama bersifat vestigial dan antena yang kedua sangat lebar dan biramous. Bagian mandibula Laevicaudata lebar dan bersifat triturative. Kedua bagian maxilla adalah vestigial. Bagian tubuh pertama dan kedua dari Laevicaudata jantan telah termodifikasi seperti penjepit yang digunakan untuk menjepit betina. Bagian epipodit memungkinkan berfungsi sebagai sistem osmoregulasi dari pada respirasi, meskipun dikenal sebagai insang.


HABITAT
Kebanyakan Cladocera berukuran 0,2 sampai 3 mm. Hidup di daerah limnetik sebagai plankton air tawar. Menurut klasifikasi hidupnya sebagai plankton, Cladocera tergolong Holoplankton (plankton permanen) yaitu organisme yang selama hidupnya sebagai plankton.

Laevicaudata

Kunjungi juga webku di http://wilda.comxa.com

DESKRIPSI Laevicaudata

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Laevicaudata

Laevicaudata memiliki dua taxa dengan beberapa ukuran yang hampir sama dengan kelompok Concostraca, atau sejenis kijing (remis), tetapi Laevicaudata termasuk kedalam monophyletic taxon. Meskipun begitu, Laevicaudata tetap merupakan kelompok dari Concostraca. Dari 200 spesies yang masih ada menggambarkan karakter yang besar, karapak bivalved yang menutupi seluruh bagian tubuh. Sehingga apabila dilihat dari luar hewan ini nampak seperti kijing yang kecil. Karapak hewan ini berisi udara, tidak seperti kelompok Notostraca. Selain itu Laevicaudata dilengkapi dengan otot melintang pada karapak yang sangat kuat.
Laevicaudata mempunyai dua antena. Antena yang pertama bersifat vestigial dan antena yang kedua sangat lebar dan biramous. Bagian mandibula Laevicaudata lebar dan bersifat triturative. Kedua bagian maxilla adalah vestigial. Bagian tubuh pertama dan kedua dari Laevicaudata jantan telah termodifikasi seperti penjepit yang digunakan untuk menjepit betina. Bagian epipodit memungkinkan berfungsi sebagai sistem osmoregulasi dari pada respirasi, meskipun dikenal sebagai insang.
Laevicaudata berbeda dengan Spinicaudata. Pada karapak Laevicaudata tidak mempunyai garis pertumbuhan konsentrik. Bagian kepala sangat lebar dan bersambung dengan bagian thorax, dan dapat menghubungkan kedua katup atau klep (valve). Tetapi bagian thorax Laevicaudata sangat pendek yaitu 10 hingga 12 segmen saja. Hewan ini tersebar di sepanjang sungai atau genangan air. Panjangnya mencapai 8mm. Sedangkan Spinicaudata valve (katup) karapak berbentuk seperti satu lembaran yang terbagi dari kanan kiri, sehingga tidak jelas antara bagian kanan dan kiri. Karapak tidak mempunyai garis pertumbuhan konsentrik. Kepala Spinicaudata sangat kecil, tidak berhubungan atau bersambung dengan thorax, dan tidak dapat diperpanjang ke luar karapak. Thorax mempunyai 16 sampai 32 segmen yang dimiliki setiap bagian appendages. Hewan ini ditemukan. Panjangnya mencapai 18mm. Jauh lebih panjang dari pada Laevicaudata.

BiodIversitas - Pengaturan Diversitas Spesies Terhadap Habitat

Kunjungi juga webku di http://wilda.comxa.com

Pengaturan Diversitas Spesies Terhadap Habitat

Pengertian (dari Society of American Foresters): Biodiversitas mengacu pada macam dan kelimpahan spesies, komposisi genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada.

Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, speses dan ekosistem.

Diversitas genetik mencakup variasi dalam material genetik, seperti gen dan khromosom. Diversitas spesies (taksonomi) kebanyakan diintepretasikan sebagai variasi di antara dan di dalam spesies (termasuk spesies manusia), mencakup variasi satuan taksonomi seperti filum, famili, genus dsb.

Diversitas genetik merupakan titik awal dalam memahami dimensi dari isu biodiversitas, tetapi pada level spesies dan ekosistem bidang kehutanan memiliki pengaruh besar.

Diversitas ekosistem atau bahkan dinamakan diversitas biogeografik berkaitan dengan variasi di dalam wilayah (region) biogeografik, bentang alam (landscape) dan habitat. Kita harus menyadari bahwa biodiversitas selalu peduli dengan variabilitas makhluk hidup dalam area atau wilayah yang spesifik.

Belum semua aspek biodiversitas sudah diberikan nama. Masih terdapat banyak bentuk variasi, seperti variasi musiman, variasi non-genetik disebabkan oleh pengaruh lingkungan (variasi fenotipik). Juga terdapat variasi karena perbedaan di antara fase kehidupan (diversitas ontogenik) dan mode kehidupan (diversitas kultural). Namun, tiga bentuk diversitas tersebut di atas boleh dikatakan merupakan dimensi biodiversitas yang utama.

Biodiversitas juga mengacu pada macam struktur ekologi, fungsi atau proses pada semua level di atas. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang mulai dari tingkat lokal ke regional dan global.

Biodiversitas dapat pula dikelompokkan ke dalam: diversitas komposisional, struktural dan fungsi

Diversitas komposisional mencakup apa yang dikenal dengan diversitas spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem. Menjaga diversitas genetik sangat penting bagi eksistensi diversitas spesies, sedangkan menjaga diversitas ekosistem penting untuk menyediakan habitat yang diperlukan untuk mengonservasi berbagai spesies.

Diversitas struktural berkaitan dengan susunan spasial unit-unit fisik. Pada level tegakan, diversitas struktural dapat dikarakterisasi dengan jumlah strata dalam hutan, misalnya kanopi tumbuhan utama, subkanopi, semak, tumbuhan herba. Pada level bentang alam, diversitas struktural dapat diukur dengan distribusi kelas-kelas umur pada suatu hutan atau susunan spasial dari ekosistem yang berbeda.

Diversitas fungsional merupakan variasi dalam proses-proses ekologi, seperti pendauran unsur hara atau aliran energi. Ini merupakan komponen yang paling sulit untuk diukur dan dipahami.

Perlu dipahami bahwa ketiga komponen diversitas tersebut saling berkaitan. Misalnya, perubahan dalam diversitas komposisional dan struktural, mengakibatkan perubahan dalam proses-proses ekologi.

Ahli ekologi memberdakan biodiversitas pada skala spasial pada tiga kategori: alpha, beta dan gamma . Diversitas alpha adalah diversitas di dalam suatu habitat. Diversitas beta merupakan diversitas di antara habitat, sedangkan diversitas gamma merupakan diversitas di antara geografi (diversitas skala geografi).


Diversitas genetik

Diversitas genetik terdapat dalam empat level organisasi: di antara spesies, di antara populasi, di dalam populasi dan di dalam individu.

Diversitas di antara spesies sudah cukup jelas, sungguhpun kita sering tidak berpikir bahwa perbedaan di antara spesies sebagai manifestasi dari diversitas genetik karena kita dapat membedakan spesies dengan mudah tanpa mengetahui komposisi gennya.

Diversitas genetik di antara populasi dari suatu spesies juga sering sangat besar. Di dunia pertanian misalnya ada berbagai macam varietas (padi, jagung), meskipun ini hasil seleksi buatan. Di spesies pohon perbedaan antara populasi pada spesies yang sama (dikenal dengan istilah provenans) sering besar.

Dalam populasi kebanyakan populasi alami, perbedaan genetik di antara individu sering juga besar. Akhirnya diversitas genetik terdapat di dalam suatu individu bilamana ada dua alel untuk gen yang sama (perbedaan konfigurasi DNA yang menduduki lokus yang sama pada suatu khromosom).

Di masa lalu hanya sedikit perhatian diberikan pada diversitas genetik pada populasi alami, sungguhpun ini sangat krusial bagi kelestarian dari bentuk-bentuk biologi, perkembangan diversitas spesies (evolusi) dan berfungsinya biosfer, ekosistem serta komunitas biologi.

Bersarnya diversitas di dalam suatu spesies tergantung pada jumlah individu, kisaran penyebaran geografinya, tingkat isolasi dari populasi dan sistem genetiknya.

Peran penting juga dilakukan oleh proses-proses seleksi alami dan antropogenik, serta juga faktor-faktor yang berpengaruh pada perubahan spasial dan temporal pada komposisi genetik dari spesies atau populasi.

Diversitas genetik penting bagi kemampuan spesies dan populasi beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan dan karena itu merupakan persyaratan bagi kelangsungan hidupnya.

Pada spesies yang berkembang biak secara seksual, setiap populasi lokal mengandung kombinasi gen tertentu. Jadi, suatu spesies merupakan kumpulan populasi yang berbeda secara genetik satu sama lain. Perbedaan genetik ini diwujudkan sebagai perbedaan di antara populasi dalam sifat morfologi, fisiologi, kelakuan, dan sejarah hidup (life history). Dengan kata lain, sifat-sifat genetik (genotipe) mempengaruhi sifat-sifat yang diekspresikan (fenotipe).

Seleksi alami pada awalnya bekerja pada level fenotipik, memihak kepada atau tidak menguntungkan untuk sifat-sifat yang diekspresikan (fenotipe). Lukang gen (gene pool) – agregat total gen pada suatu populasi pada suatu waktu, akan berubah ketika organisme dengan fenotipe yang kompatibel dengan lingkungan akan lebih mampu bertahan hidup dalam jangka lama dan akan berkembang biak lebih banyak dan meneruskan gen-gennya lebih banyak pula ke generasi berikutnya.

Besarnya diversitas genetik dalam populasi lokal sangat bervariasi. Banyak kegiatan konservasi peduli dengan penjagaan diversitas genetik tumbuhan atau hewan. Populasi kecil yang berbiak secara aseksual dan terisolasi, sering memiliki diversitas genetik yang kecil di antara individu, sedangkan pada populasi besar dan berbiak secara seksual sering memiliki variasi yang besar. Dua faktor utama yang bertanggung kepada jawab adanya variasi ini, yaitu cara bereproduksi (seksual atau aseksual) dan ukuran populasi.

Diversitas spesies (taksonomi)

• Prokaryot : 5.500 spesies terdiri dari bakteri
• Eukaryot :
- kerajaan tumbuhan (plantae) : lumut-lumutan (17.000 spesies), pakuan, cycad, konifer (750 spesies), ginko, tumbuhan berbunga (250.000 spesies),
- kerajaan hewan : karang (5.000 spesies), coleonterata (9.000 spesies), echinoderm (6.100 spesies), artoprod (750.000 spesies), ikan (19.000 spesies), amfibi (4.000 spesies), reptil (6.300 spesies), burung (9.000 spesies), mamal (4.100 spesies)
- Prostista dan jamur: 47.000 spesies.


Diversitas ekosistem (biogeografik)

Diversitas spesies ditentukan tidak hanya oleh jumlah spesies di dalam komunitas biologi, misalnya kekayaan spesies (species richness), tetapi juga oleh kelimpahan relatif individu (relative abundance) dalam komunitas.

Kelimpahan spesies merupakan jumlah individu per spesies dan kelimpahan relatif mengacu pada kemerataan distribusi individu di antara spesies dalam suatu komunitas.

Dua komunitas mungkin sama-sama kaya dalam spesies, tetapi berbeda dalam kelimpahan relatif. Misalnya, dua komunitas mungkin masing-masing mengandung 10 spesies dan 500 individu, tetapi pada komunitas yang pertama semua spesies sama-sama umum (misal, 50 individual untuk setiap spesies), sementara pada komunias yang kedua satu spesies secara signifikan jumlahnya lebih banyak daripada empat spesies yang lain. Maka komunitas pertama dikatakan memiliki kelimpahan relatif yang lebih tinggi daripada komunitas kedua.

Komponen diversitas spesies ini merespons berbeda pada kondisi habitat yang berbeda. Suatu wilayah yang tidak memiliki variasi habitat yang luas biasanya miskin spesies, tetapi beberapa spesies yang mampu menduduki wilayah ini mungkin berlimpah karena kompetisi dengan spesies lain untuk sumberdaya akan berkurang.

Tren dalam kekayaan spesies mungkin mengindikasikan kondisi masa lalu dan sekarang dari suatu wilayah. Kontinen antartika memiliki sedikit spesies karena lingkungannya yang keras, tetapi pulau-pulau kecil di tengah samudra miskin akan spesies karena sulit dicapai dari lokasi lain.

Gradien global juga berpengaruh pada kekayaan spesies. Gradien yang paling nyata adalah garis lintang; terdapat lebih banyak spesies di daerah tropis daripada di daerah temperit. Faktor-faktor ekologis berperan dalam perbedaan ini. Temperatur lebih tinggi, kepastian iklim, dan musim tumbuh yang lebih lama menciptakan habitat yang lebih kondusif sehingga menghasilkan diversitas spesies yang lebih besar. Hutan hutan hujan yang paling beragam, padang rumput tropis lebih beragam daripada padang rumput temperit.

Faktor lain yang berpengaruh pada kekayaan spesies pada suatu area adalah jarak atau barier yang memisahkan area tersebut dengan sumber spesies. Probabilitas bahwa spesies akan mencapai suatu pulau di samudra atau lembah terisolasi adalah kecil. Binatang terutama yang tidak terbang kemungkinanannya juga kecil mencapai area seperti ini.

Berdasarkan pengalaman tumbuhan dan hewan pada suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain. Mengapa terjadi ? Mengapa spesies yang sama tidak dijumpai pada suatu wilayah meskipun kondisinya cocok untuk berkembang?
Kondisi genografis di seluruh dunia yang memiliki kondisi lingkungkan yang sama mampu menghasilkan tipe biota yang sama. Situasi ini secara efektif memisahkan biosfer ke dalam biom – komunitas ekologi yang memiliki kondisi iklim dan fitur geologi yang sama yang mendukung spesies dengan strategi hidup dan adaptasi yang sama.

Diversitas spesies ditentukan tidak hanya oleh jumlah spesies di dalam komunitas biologi, misalnya kekayaan spesies (species richness), tetapi juga oleh kelimpahan relatif individu (relative abundance) dalam komunitas.
Kelimpahan spesies merupakan jumlah individu per spesies dan kelimpahan relatif mengacu pada kemerataan distribusi individu di antara spesies dalam suatu komunitas.
Dua komunitas mungkin sama-sama kaya dalam spesies, tetapi berbeda dalam kelimpahan relatif. Misalnya, dua komunitas mungkin masing-masing mengandung 10 spesies dan 500 individu, tetapi pada komunitas yang pertama semua spesies sama-sama umum (misal, 50 individual untuk setiap spesies), sementara pada komunias yang kedua satu spesies secara signifikan jumlahnya lebih banyak daripada empat spesies yang lain. Maka komunitas pertama dikatakan memiliki kelimpahan relatif yang lebih tinggi daripada komunitas kedua.
Komponen diversitas spesies ini merespons berbeda pada kondisi habitat yang berbeda. Suatu wilayah yang tidak memiliki variasi habitat yang luas biasanya miskin spesies, tetapi beberapa spesies yang mampu menduduki wilayah ini mungkin berlimpah karena kompetisi dengan spesies lain untuk sumberdaya akan berkurang.

Pertumbuhan Populasi Paramecium Sp. dan Daya Dukung Lingkungan

Kunjungi juga webku di http://wilda.comxa.com

PERTUMBUHAN POPULASI Paramecium sp.
DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

I. PENGANTAR
I.1 Latar belakang
Carrying Capacity atau Daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan.
Konsep daya dukung lingkungan berasal dari pengelolaan hewan ternak dan satwa liar (Soemarwoto, 1997). Daya dukung itu menunjukkan besarnya kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekor per satuan luas lahan. Jumlah hewan yang dapat didukung kehidupannya itu tergantung pada biomas (bahan organik tumbuhan) yang tersedia untuk makanan hewan.
Daya dukung dapat dibedakan dalam beberapa tingkat, yaitu daya dukung maksimum, daya dukung subsisten, daya dukung optimum, dan daya dukung suboptimum. Daya dukung maksimum menunjukkan jumlah maksimum hewan yang dapat didukung per satuan luas lahan. Dengan jumlah hewan yang maksimum, makanan sebenarnya tidak cukup. Walaupun hewan itu masih hidup, tetapi hewan itu tidak sehat, kurus, dan lemah serta mudah terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa. Padang penggembalaan akan mengalami kerusakan, karena menjadi padat terinjak-injak; rumput dan tumbuhan lain termakan lebih cepat daripada kemampuan regenerasi. Secara umum lingkungan menjadi rusak dan apabila berjalan terlalu lama, kerusakan itu akan bersifat tak terbalikkan.
Pada daya dukung subsisten jumlah hewan agak kurang. Persediaan makanan lebih banyak, tetapi masih pas-pasan. Hewan mash kurus dan ada dalam ambang batas antara sehat dan lemah. Mereka masih mudah terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa. Lingkungan juga masih mengalami kerusakan.
Pada daya dukung optimum, jumlah hewan lebih rendah dan terdapat keseimbangan yang baik antara jumlah hewan dan persediaan makanan. Kecepatan dimakannya rumput atau tumbuhan lain seimbang dengan kecepatan regenerasi tumbuhan itu. Kondisi tubuh hewan baik: gemuk, kuat dan sehat. Hewan itu tidak mudah terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa.
Pada daya dukung suboptimum jumlah hewan lebih rendah lagi. Persediaan makanan melebihi yang diperlukan. Karena itu kecepatan dimakannya rumput atau tumbuhan lain lebih kecil daripada kecepatan pertumbuhan. Akibatnya batang rumput dan tumbuhan lain mengayu dan menjadi keras. Mutu padang penggembalaan menurun. Jadi sebenarnya terjadi pula kerusakan. Pada umumnya kerusakan itu bersifat terbalikkan.
Dilampauinya batas daya dukung akan menyebabkan kematian, karena tidak tersedianya sumber daya, hilangnya kemampuan degradasi limbah, meningkatnya pencemaran dan timbulnya gejolak sosial yang merusak struktur dan fungsi kehidupan.
Populasi yang ada di suatu daerah akan selalu berubah setiap saat. Perubahan ini disebabkan oleh perubahan jumlah individu. Bergantung pada faktor lingkungan jumlah individu dapat bertambah atau berkurang. Bila sumber daya berlimpah tidak teerbatas maka populasi akan tumbuh sangat cepat. Daya dukung pertumbuhan populasi Paramecium sp antara lain adalah luas atau volume tempat hunian, nutrisi dan air yang terkandung dalam tempat tersebut, dan tempat bersarang.
Makhluk hidup di alam semesta tidak akan hidup sendiri dan terlepas dari faktor lainnya. Kelangsungan semua makhluk hidup saling mempengaruhi dan ketergantungan dengan berbagai variasi faktor di sekelilingnya. Hubungan antar individu, populasi dengan habitat atau relung hidupnya, akan kompleks, spesifik dan beraneka, bahkan bisa menjadi rumit keterkaitan antar komponen yang ada dalam suatu ekosistem.
Populasi merupakan kelompok organisme atau individu spesies yang sama, yang mendiami satu tempat tertentu pada satu waktu tertentu. Secara definisi populasi dibatasi ruang dan waktu (limited and defined) sedangkan lingkungan merupakan variabel fisik dan hayati yang mempengaruhi keberadaan populasi, termasuk interaksi antara individu di dalam populasi itu sendiri maupun dengan spesies yang berbeda. Populasi memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang dapat diukur secara statistik dan bukan sifat daripada individu-individu penyusunnya, di antara sifat-sifat tersebut adalah kepadatan, natalitas dan mortalitas, distribusi umur, potensi biotic, penyebaran dan bentuk pertumbuhan.
Terbatasnya sumber-sumber seperti ruang dan makanan dan juga adanya jumlah populasi yang terlalu padat menyebabkan populasi dibatasi oleh suatu daya dukung lingkungan sehingga pertumbuhan populasi lambat laun akan menurun dan akhirnya akan berhenti jika daya dukung lingkungan tercapai. Berdasarkan waktu, model pertumbuhan populasi dapat dibagi menjadi model pertumbuhan kontinu dan model pertimbuhan diskret. Model yang dibahas dalam laporan kali ini adalah model pertumbuhan kontinu yang disebut sebagai persamaan logistik. Besar daya dukung lingkungan berpengaruh pada jumlah individu. Makin banyak jumlah individu makin berkurang kemungkinan setiap individu untuk mendapatkan makanan dan sumber daya lain. Untuk mempertahankan hidupnya maka individu dalam populasi tersebut mau tidak mau harus berkompetisi dengan sesama, selain dengan jenis lain. Tingkat kompetisi antar individu dalam populasi dinyatakan dalam koefisien kompetisi internal dan dilambangkan dengan huruf γ (gamma). Model pertumbuhan populasi dengan menggunakan tingkat kompetisi internal dapat dirumuskan sebagai berikut :
dN = N(r- γN) = rN-γN2
dt
Hubungan antara K dengan γ dinyatakan dalam persamaan berikut :
K=

Bila jumlah individu lebih banyak dari besarnya daya dukung lingkungan maka populasi akan kekurangan sumber daya sehingga tingkat reproduksinya menurun beremigrasi, akibatnya ukuran populasi mengecil. Jumlah individu akan stabil di sekitar daya dukung lingkungan, dengan demikian ukuran populasi akan konstan. Kenyataannya tidak demikian, yang sering terjadi adalah berfluktuasi di atas dan di bawah daya dukung lingkungan. Hal ini di sebabkan karena populasi perlu waktu untuk menanggapi lingkungan.
Pada pengamatan untuk topik praktikum kali ini, kami menggunakan organisme Paramecium sp. Untuk diteliti bagaimana pertumbuhannya setiap dua hari sekali pengecekan terhadap medium air jerami sebagai media pertumbuhannya. Paramecium sp. merupakan salah satu protista mirip hewan. Protista ini berukuran sekitar 50-350É°m sehingga memerlukan mikroskop untuk mengamatinya. Mikroskop yang digunakan adalah mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x. Paramecium sp. Akan bergerak dengan menggetarkan silianya, yang bergerak melayang-layang di dalam air, ini merupakan pengamatan sebelum Paramecium sp. Diberi larutan JKJ untuk mematikannya. Sedangkan cara menangkap makanan adalah dengan cara menggetarkan rambut (silianya), maka terjadi aliran air keluar dan masuk mulut sel. Saat itulah bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik atau hewan uniseluler lainnya. Perkembangbiakan Paramecium sp. adalah dengan cara:
a.Aseksual atau dengan cara membelah diri yaitu dengan pembelahan biner dimana sel membelah menjadi 2 kemudian menjadi 4, 8 dan 16 dst. Pembelahan diawali dengan pembelahan mikronukleus dan diikuti dengan pembelahan makronucleus.
b.Seksual atau perkembangbiakan secara kawin. Caranya adalah dua sel saling mendekat, menempel pada bagian mulut sel untuk kawin. Artinya kedua hewan ini sedang mengalami konjugasi. Selanjutnya terbentuk saluran konjugasi diantara kedua sel ini. Dan melalui saluran ini terjadi tukar-menukar mikronukleus. Mikronukleus dari sel yang satu pindah ke sel yang lain, demikianlah sebaliknya.




Adapun klasifikasi Paramecium sp. sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Sub Phylum : Ciliophora
Class : Ciliata
Sub class : Holotricha
Ordo : Hymenostomatida
Family : Paramaecidae
Genus : Paramaecium
Spesies : Paramaecium sp.

I.2 Rumusan Masalah
1. Apakah daya dukung lingkungan mempengaruhi pertumbuhan populasi dari Paramecium sp. ?
2. Seberapa besar nilai daya lingkungan mempengaruhi jumlah populasi dari Paramecium sp. ?





I.3 Hipotesis
1. Hipotesis kerja
Hipotesis : bila jumlah populasi Paramecium sp. lebih besar daripada nilai daya dukung lingkungan maka sumberdaya untuk populasi akan berkurang.
2. Hipotesis statistik
H0 : tidak ada pengaruh antara jumlah populasi Paramecium sp. dengan daya dukung lingkungan.
H1 : ada pengaruh antara jumlah populasi Paramecium sp. dengan daya dukung lingkungan.


I.4 Tujuan
1. Mengetahui tingkat pertumbuhan Paramecium sp. Yang dibiakkan dalam medium air jerami dengan volume tertentu.
2. Mengetahui nilai daya dukung lingkungan (nilai intrinsik pertumbuhan) terhadap jumlah populasi Paramecium sp.
II. Alat dan Bahan

Alat :
1. Gelas ukur
2. Pipet tetes
3. Objek glass
4. Mikroskop cahaya
5. Bilik hitung Sedgewich-Rafter counting chamber
6. Tabung pembiakkan
7. Digicounter
Bahan :
1. Biakan Paramecium sp.
2. Larutan JKJ
3. Air rebusan jerami

III. Prosedur Kerja

Menyiapkan biakan Paramecium sp.
1. Ambil 1-5 tetes air biakan Paramecium sp. berukuran kecil, letakkan pada objek glass kemudian tutup dengan cover glass dan hitung jumlahnya menggunakan mikroskop.
2. Lakukan hal tersebut hingga mendapatkan Paramecium sp. dengan jumlah yang ditugaskan (pada kelompok kami mendapatkan sebanyak 10 ekor).
Membuat biakan Paramecium sp.
1. Siapkan satu tabung selai kosong bersih, beri label / penanda.
2. Beri tanda pada dinding luar tabung tersebut dengan ketinggian 60 cc, 80 cc, dan 100 cc menggunakan spidol permanent.
3. Masukkan air rebusan jerami kurang lebih setengahnya.
4. Memasukkan 10 ekor Paramecium sp. pada tabung.
5. Tambahkan air rebusan jerami sampai batas 100 cc.
6. Tutup tabung dengan kertas, ikat dengan tali kemudian beri lubang.
7. Amati 3 kali dalam seminggu selama 1 bulan.
Menghitung Paramecium sp.
1. Aduk biakan dengan pipet.
2. Ambil biakan dengan menggunakan pipet, teteskan pada bilik hitung Sedgewich-Rafter counting chamber dan tambahkan 3 tetes larutan JKJ.
3. Penuhi bilik hitung hingga tidak terlihat adanya gelembung.
4. Tutup dengan gelas penutup dan hitung menggunakan mikroskop cahaya.
5. Ulangi kegiatan tersebut sampai lima kali pengamatan.
6. Buang biakan Paramecium sp. tadi sampai batas 80 cc.
7. Tambahkan air rebusan jerami hingga batas 100 cc.
8. Tutup botol yang berisi biakan tadi dengan kertas yang telah diberi lubang.

IV. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dan rata-rata populasi Paramecium sp.
No Tanggal t Usia Hari Rata-rata (1cc) Rata-rata (100cc)
1 3 November 2009 0 8 652,67 65267
2 5 November 2009 2 10 316,33 31633
3 6 November 2009 1 11 311,67 31167
4 9 November 2009 3 14 176 17600
5 11 November 2009 2 16 82,67 8267
6 13 November 2009 2 18 260,33 26033
7 16 November 2009 3 21 83 8300
8 18 November 2009 2 23 232,67 23267
9 20 November 2009 2 25 143,33 14333
10 23 November 2009 3 28 42,33 4233
11 25 November 2009 2 30 23,33 2333
12 26 November 2009 1 31 9,33 933
13 30 November 2009 4 35 5,67 567
14 2 Desember 2009 2 31 12,67 1267
15 3 Desember 2009 1 38 4,33 433

V. Analisis Perhitungan

a. Perhitungan K secara analisis

= No r- No2y


Keterangan:

N = Jumlah individu
Nt = Jumlah individu pada saat t
No = Jumlah individu saat awal atau sebelum t
T = Waktu pertumbuhan populasi
r = Derajat intrinsik
γ = Kompetisi / persaingan antar individu

b. Perhitungan secara analisis numerik (eliminasi dua persamaan)

1. Dari data (3) dan (2)






2. Dari data (3) dan (4)






3. Dari persamaan (1) dan (2) dieliminasi

-466 = r-31633γ

= 0,355



Subsitusi:

-466 = r-31633
-466 = r-31633 (0,355)
-466 = r-11229,715

-466+11229,715 = r
10763,715 = r

= 30320,323

c. Penghitungan K secara ekponensial

Nt = No ert
Keterangan :

N = jumlah individu
No= jumlah individu saat awal atau sebelum t
Nt = jumlah individu saat t
t = waktu pertumbuhan populasi
r = derajat pertumbuhan intrinsik

1. Nt = No ert
316,33 = 652,57(2,72)r2
0,485 = (2,72)2r
2r = 2,72 log 0,485
2r =
2r = -0,723
r = -0,361

2. Nt = No ert
311,67 = 316,33(2,72)r1
0,985 = (2,72)r
r = 2,72 log 0,985
r =
r = -0,015

3. Nt = No ert
176 = 315,67(2,72)r3
0,564 = (2,72)3r
3r = 2,72 log 0,564
3r =
3r = -0,567
r = -0,189

4. Nt = No ert
82,67 = 176(2,72)r2
0,469 = (2,72)2r
2r = 2,72 log 0,469
2r =
2r = -0,756
r = -0,378

5. Nt = No ert
260,33 = 82,67(2,72)r2
3,149 = (2,72)2r
2r = 2,72 log 3,149
2r =
2r = 1,146
r = 0,573
6. Nt = No ert
83 = 260,33(2,72)r3
0,319 = (2,72)3r
3r = 2,72 log 0,319
3r =
3r = -1,141
r = -0,381

7. Nt = No ert
232,67 = 83(2,72)r2
2,803 = (2,72)2r
2r = 2,72 log 2,803
2r =
2r = 1,030
r = 0,515

8. Nt = No ert
143,33 = 232,67(2,72)r2
0,616 = (2,72)2r
2r = 2,72 log 0,616
2r =
2r = -0,484
r = -0,242

9. Nt = No ert
42,33 = 143,33(2,72)r3
0,295 = (2,72)3r
3r = 2,72 log 0,295
3r =
3r = -1,22
r = -0,406

10. Nt = No ert
23,33 = 42,33(2,72)r2
0,551 = (2,72)2r
2r = 2,72 log 0,551
2r =
2r = -0,595
r = -0,297

11. Nt = No ert
9,33 = 23,33(2,72)r1
0,399 = (2,72)r
r = 2,72 log 0,399
r =
r = -0,918

12. Nt = No ert
5,67 = 9,33(2,72)r4
0,607 = (2,72)4r
4r = 2,72 log 0,607
4r =
4r = -0,498
r = -0,125

13. Nt = No ert
12,67 = 5,67(2,72)r2
2,234 = (2,72)2r
2r = 2,72 log 2,234
2r =
2r = 0,803
r = 0,401

14. Nt = No ert
4,33 = 12,67(2,72)r1
0,342 = (2,72)r
r = 2,72 log 0,342
r =
r = -1,072

Berikut adalah tabel antara derajat pertumbuhan intrinsik (r)
dengan jumlah individu (N):

usia hari r N
0 sd 4 0 65267
4 sd 6 -0,361 31633
6 sd 9 -0,015 31167
9 sd 11 -0,189 17600
11 sd 13 -0,378 8267
13 sd 16 -0,573 26033
16 sd 18 -0,381 8300
18 sd 20 0,515 23267
20 sd 23 -0,242 14333
23 sd 25 -0,406 4233
25 sd 27 -0,297 2333
27 sd 30 -0,918 933
30 sd 32 -0,125 567
32 sd 34 0,401 1267
34 sd 37 -1,072 433

VI. PEMBAHASAN
Paramecium sp. merupakan organisme yang cepat sekali berkembang biak. Dalam praktikum kali ini kami mengembangbiakkan Paramecium sp. di dalam media air jerami secara tertutup. Kemudian pengamatan dilakukan setiap dua hari sekali. Berdasarkan analisis hitung diatas dapat dibuat kurva pertumbuhan populasi dari Paramecium sp. kurva yang terbentuk adalah pertumbuhan secara teoritis berbentuk sigmod, yaitu kecepatan pertumbuhan meningkat dari jumlah mula-mula yang sedikit dan terus-menerus bertambah hingga kemudian sampai pada titik maksimum pertumbuhan. Pada saat seperti itu jumlah mikroorganisme statis dan nilai daya dukung lingkungan berimpit dengan jumlah pertumbuhan populasi.
Pada awal pembiakan, digunakan 10 ekor Paramecium sp. sebagai jumlah populasi awal. Setelah hari kedua, pertumbuhannya meningkat pesat karena masih banyaknya nutrisi yang terkandung dalam media pertumbuhan. Hari ke-2 mengalami penurunan drastis hingga hampir 50% dari jumlah populasi awal, hal ini kemungkinan dikarenakan Paramecium sp. masih beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang didiaminya. Hingga hari ke-6 pertumbuhan mulai meningkat lagi, hari ke-7 turun lagi dan hari ke-8 naik lagi begitu seterusnya. Pertumbuhan mengalami titik maksimum yang artinya titik dimana Paramecium sp. tidak lagi melakukan pembelahan diri atau perkembangbiakan. Ini terjadi pada hari ke-13 sampai hari ke-15. Hal ini disebabkan karena habisnya nutrisi dalam media, terlalu sering pengambilan Paramecium sp. atau pada waktu jumlah Paramecium sp. pesat nutrisi kurang memadai sehingga terjadi kompetisi antar individu yang menyebabkan kematian.
Dan kebanyakan jumlah populasi ini dipengaruhi oleh adanya kompetisi intrinsik antar individu. Besar nilai K yang ditentukan dengan cara persamaan linear dan eliminasi dua persamaan terdapat perbedaan. Hal ini terjadi karena penghitungan dilakukan dengan pendekatan yang berbeda, sehingga asumsi bahwa populasi berfluktuasi pada harga K tidak dapat digunakan atau lonjakan yang terlalu tinggi menunjukkan bahwa populasi tidak berfluktuasi di sekitar harga K.

VII. RINGKASAN
Dari hasil pengamatan pertumbuhan populasi Paramecium sp. yang dikembangbiakkan dalam media air rebusan jerami selama 1 bulan dengan cara tertutup, dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan pupulasi Paramecium sp. dipengaruhi oleh media hidupnya atau daya dukung lingkungannya. Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil pengamatan selama 1 bulan. Ketika media tersebut mengandung cukup nutrisi sebagai sumber hidup Paramecium sp., pertumbuhan Paramecium sp. sangat pesat sebab daya dukung lingkungannya tinggi. Dan sebaliknya, semakin hari kandungan nutrisinya akan habis sedangkan Paramecium sp. terus membelah sehingga timbullah kompetisi antar individu atau saling makan-memakan. Terjadilah kematian, hal ini disebabkan daya dukung lingkungan semakin rendah dan tidak mencukupi kebutuhan hidup Paramecium sp. akhirnya untuk terus hidup, yang lebih kuat akan memakan yang lebih lemah. Lama-kelamaan akan habis oleh kematian.
Jadi intinya, populasi Paramecium sp. disini dipengaruhi oleh daya dukung lingkungannya. Semakin tinggi daya dukung lingkungannya, semakin besar pula jumlah populasi Paramecium sp. Dan sebaliknya, semakin rendah daya dukung lingkungannya, semakin sedikit pula jumlah populasi Paramecium sp. Karena semakin rendah daya dukung lingkungan jika jumlah populasi besar akan tidak memadai kebutuhan. Sehingga terjadilah kompetisi alam antar individu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.






VIII. DAFTAR PUSTAKA

Deshmukh, Ian. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Eric, R. Pianka. 2000. Evolutionary Ecology. San Fransisco : Educational Publisher INC.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta : UGM University Press.
http://lumele.blogspot.com/2009/01/populasi.html diakses pada tanggal 10 Desember 2009.
http://optilabinfo.blogspot.com/2009/11/paramecium.html diakses pada tanggal 10 Desember 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Paramecium diakses pada tanggal 10 Desember 2009.
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_subject.php?kls_id=1&subject_id=3 diakses pada tanggal 10 Desember 2009.
http://www.chem-is-try.org/kata_kunci/daya-dukung-lingkungan/ diakses pada tanggal 10 Desember 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Protista diakses pada tanggal 10 Desember 2009.
http://math.ipb.ac.id/ daya%20dukung%20lingk_files/ diakses pada tanggal 10 Desember 2009.

Paypal WISHLIST di Facebook

Kunjungi juga webku di http://wilda.comxa.com

PAYPAL WISHLIST ON FACEBOOK !!

Satu lagi ladang uang yang disiapkan oleh paypal singapura bekerja sama dengan facebook. Paypal Wishlist namanya. Dengan menggunakan akun facebook kita dengan join di Paypal Wishlist ini aja kita otomatis dapat $1, dan $1 lagi per referal yang kita ajak gabung di paypal wishlist ini.

Caranya pun sangat gampang tinggal ajak teman-teman facebook kita. Bayangin berapa tuh yang kita bisa dapat???
Berikut langkah-langkahnya:
• Program Pay per lead dari paypal khusus pengguna facebook. jika belum punya akun facebook ya bikin dulu agar bisa ikut program ini . Daftar www.facebook.com
• Program ini berlangsung dari 16 Nov sampai 31 desember 2009 . maksimal yang bisa kita peroleh $100. pembayaran via paypal sekitar tgl 28 februari 2010. kalau belum punya akun paypal daftar aja di www.paypal.com
• Setelah punya akun paypal dan facebook ikuti cara berikut ini. klik http://apps.facebook.com/paypalwishlist/?ppref=1379167231&ref=nf dan login ke facebook anda akan dapat bonus langsung $1, atau langsung klik tombol “Go To Application”
• Masukkan alamat email Paypal Anda melalui menu yang ada di sebelah kiri atas yang bertuliskan Enter Email Address.
• Buat wishlist Anda dengan menekan tombol Create Wishlist. Setelah selesai, Anda dapat men-share program Paypal Wishlist ini ke teman-teman Anda yang lain di Facebook.
• Maksimal yang bisa kita peroleh $100. pembayaran via paypal sekitar tgl 28 februari 2010.

Oke, selamat mencoba...!!!

Friday, November 27, 2009

LANDASAN PENELAAH ILMU

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang digunakan. Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.

Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.

Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).

Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu. Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat.

Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas serta dikaitkan dengan permasalahan yang penulis akan jelajahi, maka penulisan ini akan difokuskan pada pembahasan tentang: “Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam”.

2. Rumusan masalah

a. Apa saja landasan-landasan pengembangan ilmu?

b. Mengapa filsafat ilmu digunakan sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan?

3. Tujuan

a. Makalah ini dibuat agar mahasiswa dapat mengetahui landasan pengembangan berbagai ilmu pengetahuan

b. Mengetahui hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan

BAB II

ISI

A. Filsafat Ilmu

Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu. Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang telah digambarkan pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.

Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).

Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu “ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Lebih lanjut Koento Wibisono (1984), mengemukakan bahwa hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontologik, yaitu suatu keyakinan yang harus dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan tentang apakah “ada” (being, sein, het zijn) itu. Inilah awal-mula sehingga seseorang akan memilih pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu.

Dengan memahami hakekat ilmu itu, menurut Poespoprodjo (dalam Koento Wibisono, 1984), dapatlah dipahami bahwa perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.

B. Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Alam


Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah rantai sebagai perbandingan, menjelaskan bahwa fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam. Rantai tersebut sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat disatu pangkal dan ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara berkesinambungan. Sesudah tahun 1600, rantai itu putus. Ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan alam menempuh jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut Frank, fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam. Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan kemanusian mempunyai hubungan erat. Sastrapratedja (1997), mengemukakan bahwa ilmu-ilmu alam secara fundamental dan struktural diarahkan pada produksi pengetahuan teknis dan yang dapat digunakan. Ilmu pengetahuan alam merupakan bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar yang ada dalam struktur tindakan instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi eksternal manusia. Ilmu pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalam meramal (memprediksi) dan mengendalikan proses alam. Positivisme menyamakan rasionalitas dengan rasionalitas teknis dan ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan alam. Menurut Van Melsen (1985), ciri khas pertama yang menandai ilmu alam ialah bahwa ilmu itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang mengizinkan registrasi inderawi yang langsung. Hal kedua yang penting mengenai registrasi ini adalah bahwa dalam keadaan ilmu alam sekarang ini registrasi itu tidak menyangkut pengamatan terhadap benda-benda dan gejala-gejala alamiah, sebagaimana spontan disajikan kepada kita. Yang diregistrasi dalam eksperimen adalah cara benda-benda bereaksi atas “campur tangan” eksperimental kita. Eksperimentasi yang aktif itu memungkinkan suatu analisis jauh lebih teliti terhadap banyak faktor yang dalam pengamatan konkrit selalu terdapat bersama-sama. Tanpa pengamatan eksperimental kita tidak akan tahu menahu tentang elektron-elektron dan bagian-bagian elementer lainnya. Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri sejak abad ke 17.

Kemudian pada tahun 1853, Auguste Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996), sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu.

Dengan mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan untuk dapat berkembang secara lebih cepat. Dalam penggolongan ilmu pengetahuan tersebut, dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan Sosilogi. Ilmu Kimia diurutkan dalam urutan keempat. Penggolongan tersebut didasarkan pada urutan tata jenjang, asas ketergantungan dan ukuran kesederhanaan.

Dalam urutan itu, setiap ilmu yang terdahulu adalah lebih tua sejarahnya, secara logis lebih sederhana dan lebih luas penerapannya daripada setiap ilmu yang dibelakangnya (The Liang Gie, 1999). Pada pengelompokkan tersebut, meskipun tidak dijelaskan induk dari setiap ilmu tetapi dalam kenyataannya sekarang bahwa fisika, kimia dan biologi adalah bagian dari kelompok ilmu pengetahuan alam. Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Menurut ensiklopedi ilmu (dalam The Liang Gie, 1999), ilmu kimia dapat digolongkan ke dalam beberapa sub-sub ilmu yakni: kimia an organik, kimia organik, kimia analitis, kimia fisik serta kimia nuklir. Selanjutnya Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996) memberi efinisi tentang ilmu kimia sebagai “… that it relates to the law of the phenomena of composition and decomposition, which result from the molecular and specific mutual action of different subtances, natural or artificial” ( arti harafiahnya kira-kira adalah ilmu yang berhubungan dengan hukum gejala komposisi dan dekomposisi dari zat-zat yang terjadi secara alami maupun sintetik). Untuk itu pendekatan yang dipergunakan dalam ilmu kimia tidak saja melalui pengamatan (observasi) dan percobaan (eksperimen), melainkan juga dengan perbandingan (komparasi). Jika melihat dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam, pada mulanya orang tetap mempertahankan penggunaan nama/istilah filsafat alam bagi ilmu pengetahuan alam. Hal ini dapat dilihat dari judul karya utama dari pelopor ahli kimia yaitu John Dalton: New Princiles of Chemical Philosophy. Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah beralasan bahwa ilmu pengetahuan alam tidak terlepas dari hubungan dengan ilmu induknya yaitu filsafat. Untuk itu diharapkan uraian ini dapat memberikan dasar bagi para ilmuan IPA dalam merenungkan kembali sejarah perkembangan ilmu alam dan dalam pengembangan ilmu IPA selanjutnya.

C. Landasan ilmu pengetahuan

Jujun Suriasumantri berpendapat bahwa semua pengetahuan apakah itu ilmu, seni, atau pengetahuan apa saja pada dasarnya memiliki tiga landasan yaitu, ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

a) Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahuiatau dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Dasar ontologis dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi objek penelaahan ilmu. Berdasarkan objek yang telah ditelaahnya, ilmu dapat disebut sebagai pengethuan empiris, karena objeknya adalah sesuatu yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Berlaianan dengan agama atau bentuk-bentuk pengetahuan yang lain, ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian-kejadian yang bersifat empiris, selaluberorientasi terhadap dunia empiris.

b) Epistemologi membahas secar mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu teori pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang apapun selam hal itu terbatas pada objek empiris dan pengetahuan tersebut diperoleh denagn menggunakan metode keilmuan, sah disebut keilmuan. Kata-kat sifat keilmuan lebih mencerminkan hakikat ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan menurut kebenaran di atas segala-galanya (Jujun S. Suriasumantri, 1991)

c) Dasar aksiologis ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan alam. Dengan mempelajari atomkita dapat memanfaatkannya untuk sumber energi bagi keselmatan manuasia, tetapi hal ini juga dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia. Persenjataan dalam perang, sehingga jika senjata itu dipergunakan akan mengancam keselamatan umat manusia.

BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan

- Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa filsafat ilmu sangatlah tepat dijadikan landasan pengembangan ilmu khususnya ilmu pengetahuan alam karena kenyataanya, filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan alam. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Dengan kata lain ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang selalu berubah. Pandangan para ilmuwan tentang pentingnya pertimbangan nilai memang dapat dibedakan menjadi dua kelompok, namun keduanya tidak saling bertentangan. Pertimbangan nilai etik dan kemanfaatan tidak dimaksudkan untuk mengubah ciri-ciri metode ilmiah, melainkan untuk menjamin kepentingan masyarakat.

- Landasan pengembangan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :

· Landasan ontologis

· Landasan epistemologis

· Landasan aksiologis

2. Saran

Setiap ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini harus berlandaskan pada filsafat agar suatu pengembangan ilmu diharapkan sesuai berdasarkan filsafat ilmu sehingga ilmu-ilmu tersebut tidak melenceng dari kaidah-kaidah filsafat ilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Daoed Yoesof, 1986, Pancasila, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan; Panitia Seminar Pancasila Sebagai Orientasi Pengembangan Ilmu, Yogyakarta.

Endang Saifuddin Anshari, 1987, Ilmu Filsafat dan Agama, Bina Ilmu, Surabaya.

Soejono Soemargono, 1983, Filafat Ilmu Pengetahuan, Nur Cahaya, Yogyakarta.

Yuyun S. Suriasumantri, 1991, Ilmu dalam Perspektif, Gramedia, Jakarta.

Follow Twitterku

Tukar Link Blog Yuk