Pages

Friday, November 27, 2009

Karakteristik Mikroba Secara Morfologi, Makroskopis dan Mikroskopis

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

KARAKTERISTIK MIKROBA-MORFOLOGI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS

Pelaksanaan Praktikum

Hari : Rabu Tanggal : 14 Oktober 2009 Waktu : 08.50-10.30


Oleh

Irma Catur P.W. (080810158)

Fensi Yuanda (080810205)

Neichita Ayu A. (080810243)

Wilda Chusnia (080810272)

Yaniar Wahyu P. (080810613)

Rochma Novirisandi (080810616)

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2009-2010


KARAKTERISTIK MIKROBA-MORFOLOGI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS

A. TUJUAN

Bab ini dirancang agar mahasiswa dapat membedakan karakteristik kultural mikroorganisme yang menjadi syarat utama dalam upaya mengidentifikasi dan mengklasifikasikan organisme dalam kelompok taksonominya.

B. LANDASAN TEORI

Mikroorganisme apabila ditumbuhkan pada bermacam-macam jenis media, akan mengembangkan perbedaan dalam penampakan makroskopis pada pertumbuhannya. Perbedaan-perbedaan ini disebut karakteristik kultural, dan digunakan sebagai dasar untuk memisahkan mikroorganisme ke dalam kelompok-kelompok taksonomi. Karakteristik kultural untuk semua mikroorganisme yang sudah dikenali terdapat dalam Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Mikroorganisme tersebut dideterminasi dengan menumbuhkannya pada pada media nutrien agar miring di tabung reaksi dan media nutrient agar datar di cawan petri, nutrient broth, dan nutrient gelatin. Pola pertumbuhan yang ditunjukkan pada masing-masing media diuraikan di bawah ini.

NUTRIENT AGAR MIRING

Pertumbuhan ditunjukkan pada satu garis lurus inokulasi pada permukaan agar, dan evaluasi hasil pertumbuhannya dengan cara di bawah ini

1. Kelimpahan pertumbuhan: Banyaknya pertumbuhan dinyatakan sebagai none (tidak), slight (lemah), moderate (sedang), large (lebar).

2. Letak pertumbuhan: Pertumbuhan koloni di permukaan agar, pertumbuhan di bawah permukaan (dalam) agar.

3. Pigmentasi: Mikroorganisme kromogenik dapat menghasilkan pigmen intraseluler yang bertanggung jawab dalam pembentukan warna organisme yang terlihat pada permukaan koloni.Mikroorganisme lainnya juga ada yang dapat menghasilkan pigmen ekstraseluler (bersifat larut) yang diekresikan ke dalam medium dan juga menghasilkan warna. Pada umumnya mikroorganisme bersifat non kromogenik, yang akan nampak berwarna putih hingga abu-abu.

4. Konsistensi. Dapat dievaluasi berdasarkan banyaknya cahaya yang dilewatkan pada koloni yang tumbuh. Karakter termasuk sebagai opaque (buram/tidak tembus cahaya), translucent (tembus cahaya sebagian/partial), atau transparent (transparan/tembus cahay penuh).

5. Bentuk: Penampakkan koloni yang tumbuh pada satu goresan lurus pada permukaan agar dinyatakan sebagai berikut:

a. Filiform: Sinambung/continues, pertumbuhan seperti benang dengan tepian yang rata.

b. Echinulate: Sinambung, pertumbuhan seperti benang, dengan tepian tidak rata (irregular)

c. Beaded: Nonconfluent (tidak sinambung) hingga semiconfluent.

d. Effuse: Tipis, pertumbuhan menyebar.

e. Arborescent: Pertumbuhan seperti pohon.

f. Rhizoid: Pertumbuhan seperti akar.

NUTRIENT AGAR PLATE (AGAR CAWAN)

Karakteristik koloni yang tumbuh terpisah dengan baik dapat dievaluasi dengan cirri-ciri sebagai berikut:

1. Ukuran: Pinpoint (titik sangat kecil), small (kecil), moderate (sedang), large (lebar).

2. Pigmentasi: warna koloni

3. Bentuk: Bentuk koloni yang digambarkan sebagai berikut:

a. Circular: tepian yang teratur, tidak patah.

b. Irregular: tepian yang berlekuk

c. Rhizoid: pertumbuhan menyebar seperti akar.

4. Tepi: penampakan tepian terluar koloni yang digambarkan sebagai berikut:

a. Entire: sangat rata

b. Lobate: lekukan yang jelas

c. Undulate: lekukan seperti gelombang

d. Serrate: bergerigi

e. Filamentous: seperti benang, tepian menyebar

5. Elevasi: sudut penonjolan pertumbuhan koloni pada permukaan agar yang digambarkan sebagai berikut:

a. Flat: datar, elevasi tidak nyata

b. Raised: Sedikit menonjol

c. Convex: elevasi berbentuk kubah

d. Umbonate: menonjol dengan elevasi konveks di bagian tengah

KULTUR NUTRIENT BROTH

Evaluasi berdasarkan penyebaran dan penampakan pertumbuhan sebagai berikut:

1. Seragam dengan penyebaran yang rata: pertumbuhan yang tersebar rata dengan baik dalam seluruh medium.

2. Flocculant: agregat yang mudah terbelah yang tersebar di seluruh medium

3. Pellicle: tebal, pertumbuhan yang membentuk blok di permukaan medium

4. Sediment: pertumbuhan terkonsentrasi pada bagian bawah kultur broth, bisa bergranular, serpihan atau flocculant

NUTRIENT GELATIN

Medium padat ini dapat dicairkan oleh aktivitas enzimatik dan gelatinase. Pencairan yang terjadi mempunyai bermacam-macam pola

1. Crateriform: Daerah permukaan yanng mencair bentuknya seperti mangkuk.

2. Napiform: Pencairan bentuk seperti bulbus pada permukaan

3. Infundibuliform: bentuk seperti corong

4. Saccate: memanjang, seperti tabung

5. Startiform: Pencairan penuh dari setengah bagian atas medium

C. ALAT DAN BAHAN

C.1 Alat :

1. api Bunsen/spiritus

2. jarum inokulasi loop dan tusuk

C.2 Bahan :

1. Kultur Pseudomonas aeruginosa dalam Nutrient Broth yang berusia 24 jam

2. Micrococcus luteus

3. Escherichia coli

4. Bacillus cereus

5. Mycobacterium smegmatis

6. 5 nutrient agar cawan

7. nutrient agar miring

8. nutrient broth

9. nutrient gelatin dalam tabung

D. PROSEDUR

D.1 Media Sintetik

D.1.1 Media Cair Nutrient Broth (NB)

1) Masukkan media NB 0,8 gram ke dalam gelas beker.

2) Tambahkan 100 ml akuades.

3) Panaskan di atas kompor listrik sampai semua bahan terlarut sempurna.

4) Masukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 6 ml.

5) Tutup rapat dengan kapas, kemudian lapisi dengan aluminium foil.

6) Sterilkan dengan autoklaf pada tekanan 1 atm, temperatur 121° C selama 15-20 menit.

D.1.2 Media Padat Nutrient Agar (NA)

1) Masukkan media NA 2,0 gram ke dalam gelas beker yang berisi 100 ml akuades.

2) Panaskan di atas kompor listrik sampai semua bahan terlarut sempurna.

3) Masukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 6 ml.

4) Tutup rapat dengan kapas, kemudian lapisi dengan aluminium foil.

5) Sterilkan dengan autoklaf pada tekanan 1 atm, temperatur 121° C selama 15-20 menit.

D.1.3 Media Padat Potato Dextrose Agar (PDA)

1) Masukkan media PDA 3,9 gram ke dalam gelas beker yang berisi 100 ml akuades.

2) Panaskan di atas kompor listrik sampai semua bahan terlarut sempurna.

3) Masukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 6 ml.

4) Tutup rapat dengan kapas, kemudian lapisi dengan aluminium foil.

5) Sterilkan dengan autoklaf pada tekanan 1 atm, temperatur 121° C selama 15-20 menit.

D.2 Media Non Sintetik

D.2.1 Media Ekstrak Daging Agar

1) Daging segar 200 gram dipotong-potong dadu 1 cm.

2) Masukkan ke dalam 1000 ml akuades dalam panci .

3) Didihkan selama 1 jam di atas kompor listrik.

4) Saring ke dalam gelas beker, tutup dengan aluminium foil.

5) Biarkan 1 malam dalam lemari es.

6) Pisahkan suspensi yang bening ke dalam gelas beker, buang endapannya.

7) Tambah aquades hingga volume akhir 1000 ml.

8) Tambahkan pepton 5 gram, NaCl 0,5 gram dan agar 15 gram.

9) Panaskan di atas kompor listrik hingga semua bahan terlarut sempurna.

10) Masukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 6 ml.

11) Tutup rapat dengan kapas, kemudian lapisi dengan aluminium foil.

12) Sterilkan dengan autoklaf pada tekanan 1 atm 121° C selama 15-20 menit.

D.2.2 Media Kentang Dextrose Agar

1) Kentang kupas 200 gram dipotong-potong dadu 2 cm.

2) Masukkan ke dalam 1000 ml akuades dalam panci .

3) Didihkan selama 1 jam di atas kompor listrik.

4) Saring ke dalam gelas beker

5) Pisahkan suspensi yang bening ke dalam gelas beker, buang endapannya.

6) Tambah aquades hingga volume akhir 1000 ml.

7) Tambahkan dextrose 15 gram dan agar 15 gram.

8) Panaskan di atas kompor listrik hingga semua bahan terlarut sempurna.

9) Masukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 6 ml.

10) Tutup rapat dengan kapas, kemudian lapisi dengan aluminium foil.

11) Sterilkan dengan autoklaf pada tekanan 1 atm 121° C selama 15-20 menit.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh adanya nutrisi dan faktor lingkungan. Bahan nutrisi yang tersedia dapat berupa bahan alami dapat pula berupa bahan sintetis. Bahan nutrisi yang digunakan mikroorganisme biasanya berupa senyawa sederhana yang tersedia secara langsung atau berasal dari senyawa yang kompleks yang kemudian dipecah oleh mikroorganisme menjadi senyawa yang sederhana melalui proses enzimatik. Bahan nutrisi ini dapat berupa cairan, padatan, atau setengah padat (semi solid). Yang kemudian disebut dengan media.

Pada praktikum ini, untuk membuat media pertumbuhan mikroba, bahan-bahan yang sering digunakan di antaranya

  1. Air. Air (H2O) bertindak sebagai pelarut.
  2. Agar (biasanya berbentuk batangan, granula atau bubuk). Agar merupakan ekstrak dari rumput laut yang berfungsi untuk pemadat media (pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse). Agar sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Jika dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diaduk dan dipanasi. Pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.
  3. Gelatin. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Namun pada praktikum ini, gelatin tidak digunakan. Karena gelatin mempunyai kekurangan, yaitu lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
  4. Pepton, pepton adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, dan kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya. Dengan ditambahkannya peptone, maka kebutuhan nitrogen mikroba pada media akan terpenuhi.
  5. Ekstrak daging. Ekstrak daging mengandung basa organik dan protein yang terbuat dari daging sapi.
  6. Sukrosa dan dextrose. Sukrosa dan dextrose merupakan jenis karbohidrat yang ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas pada media pertumbuhan mikroba.
  7. NaCl. NaCl adalah suatu zat yang dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
  8. HCl/NaOH. HCl/NaOH dapat digunakan untuk mengatur pH yang diinginkan.

Beberapa jenis media yang dibuat pada praktikum ini yaitu media sintetik (meliputi media cair Nutrient Broth, media padat Nutrient Agar dan media padat Potato Dextrose Agar) dan media non sintetik (meliputi media ekstrak daging agar dan media kentang dextrose agar).

Tidak semua media bisa digunakan untuk menumbuhkan semua mikroba. Pada Nutrient Broth (NB), Nutrient Agar (NA), dan media ekstrak daging umumnya digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Sedangkan pada Potato Dextrose Agar (PDA) dan media kentang dextrose agar (non sintetik) digunakan untuk menumbuhkan fungi.

Untuk membuat media sintetik lebih mudah daripada media non sintetik. Cara membuat media NB, NA, dan PDA yaitu tinggal melarutkan (sesuai dengan takaran masing-masing) pada aquades. Untuk menimbang bahan (NA,NB, dan PDA) digunakan timbangan analitik. Ketika memanaskan pada kompor listrik, sambil diaduk perlahan sampai semua bahan terlarut sempurna. Jangan sampai overheat, karena akan terbentuk busa dan memuai sehingga dapat tumpah. Setelah homogen, larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditutup rapat dengan kapas, serta dilapisi dengan aluminium foil. Kemudian baru disterilkan dengan atoklaf.

Sedangkan untuk membuat media non sintetik ada beberapa bahan yang perlu ditambahkan dan beberapa langkah kerja yang berbeda. Pada pembuatan media ekstrak daging setelah didihkan dan disaring perlu diinapkan selama 1 malam dalam lemari es. Kemudian diambil suspensi yang bening dan ditambah aquades dan baru ditambahkan peptone, NaCL, dan agar. Setelah itu dipanaskan kembali dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dan siap untuk disterilkan. Pada media kentang dextrose agar, cara pembuatannya hampir sama dengan ekstrak daging, namun tidak perlu diinapkan dan bahan-bahan yang ditambahkan adalah dextrose dan agar.

Setelah semua media disterilkan dengan autoklaf, untuk media padat (yang mengandung agar) tabung reaksinya dimiringkan, sehingga setelah dingin diperolehlah agar miring (slant agar). Dan untuk media yang cair tetap dibiarkan tegak pada rak tabung reaksi.

Masing-masing warna media setelah disterilkan yaitu NA berwarna kuning , NB berwarna kuning, PDA berwarna kuning kecoklatan, ekstrak daging berwarna kekuningan, dan ekstrak kentang berwarna bening kekuningan


F. KESIMPULAN

  1. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkannya.
  2. Media dapat digolongkan berdasarkan bentuk, susunan kimia, dan fungsinya.

Berdasarkan bentuknya terdiri dari : media padat, media semi padat, dan media cair.

Berdasarkan susunan kimianya terdiri dari : media sintetik dan media

non sintetik.

Berdasarkan fungsinya terdiri dari : media selektif, media diperkaya,

media diferensial, media penguji, dan media khusus.

  1. Media sintetik/ media siap saji adalah media yang dibuat dari bahan-bahan yang susunan kimianya sudah diketahui dengan pasti. Media ini dibuat dan diproduksi oleh pabrik. Yang termasuk media sintetik adalah NA, NB, dan PDA. Cara pembuatannya dengan melarutkan NA, NB, atau PDA pada aquades dan dipanaskan tanpa adanya penambahan zat-zat lain.
  2. Media non sintetik/ media alami adalah media yang dibuat dari bahan-bahan alami seperti daging, kentang, tauge, dll, yang susunan kimianya tidak diketahui dengan pasti. Media ini dapat dibuat sendiri. Yang termasuk media non sintetik yaitu media ekstrak daging agar dan media kentang dextrose agar. Cara pembuatannya dengan mendidihkan daging segar atau kentang kupas pada aquades dan dipanaskan serta menambahkan zat-zat lain seperti pepton, dextrose, NaCl, sukrosa dan agar.

DAFTAR PUSTAKA

http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-3-sterilisasi.html tanggal 26 September 2009.

http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=86&fname=kb1_7.htm tanggal 26 September 2009.

Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Organisme Jilid 1. Bandung : CV. Yrama Widya.

Tim Dosen Biologi. 2009. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Surabaya : Universitas Airlangga.

Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.

2 komentar:

BUDAYA BERKOMENTAR SANGAT BAIK... AYO BERKOMENTAR!!

Follow Twitterku

Tukar Link Blog Yuk