BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman jagung merupakan komoditas strategis untuk pertanian lahan kering. Permasalahan umum yang dihadapi petani jagung antara lain: penggunaan benih bukan varietas unggul, jarak tanam tidak teratur, serta pemupukan yang tidak sesuai anjuran. Seringkali petani memberikan pupuk sintetis secara berlebihan atau bahkan kurang karena tidak mampu membeli pupuk.
Penggunaan bahan-bahan kimia tersebut baik disadari maupun tidak, telah mengakibatkan dampak negatif pada lingkungan (Pelczar & Chan, 2006). Dalam upaya mengurangi pencemaran lingkungan pada lahan pertanian yang disebabkan karena penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, maka dilakukan alternatif lain sebagai pupuk yang ramah lingkungan. Dalam hal ini digunakanlah mikroorganisme tanah penghasil zpt. Sebagai contoh aktifitas mikroba dalam pupuk hayati yang menambat N yaitu Azospirillum dan Azotobacter. Selama ini petani hanya mengandalkan Nitrogen dari Urea, padahal ini sangat berat dari sudut makro serta tidak efektif, dapat memacu percepatan terkurasnya deposit gas negara sebagai bahan baku Urea dan kerusakan lingkungan di lahan pertanian. Dari sudut mikro biaya produksi petani sangat tinggi dan kurang sehat hasilnya. Hal penting yang sering terlupakan yaitu menyuplai bahan organik di lahan pertanian secara rutin dalam jumlah seimbang untuk mencukupi kebutuhan neraca hara dalam tanah.
Menurut Pan et.al. (1999) dan Timmusk, et. al. (1999) bahwa beberapa tanah yang dapat menghasilkan fitohormon yang berpotensi untuk menyumbangkan system pertanian yang berkelanjutan. Fitohormon yang dihasilkan bakteri tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung fitohormon dari bakteri ini dapat menghambat organisme pathogen pada tanaman. Sedangkan pengaruh secara langsung ZPT ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dapat bertindak sebagai fasilitator dalam penyerapan beberapa unsur hara dari lingkungan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh mikroba tanah penghasil zpt terhadap pertumbuhan tanaman Zea mays.
2. Mengetahui peranan mikroba tanah terhadap pertumbuhan tanaman Zea mays.
3. Mengamati perbedaan pertumbuhan masing-masing tanaman pada berbagai perlakuan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh mikroba tanah penghasil ZPT terhadap pertumbuhan tanaman Zea mays?
2. Bagaimana peranan mikroba tanah terhadap pertumbuhan tanaman Zea mays?
3. Bagaimana perbedaan pertumbuhan masing-masing tanaman pada berbagai perlakuan?
1.4 Hipotesis
Mikroba tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman Zea mays karena menghasilkan ZPT yang memacu pertumbuhan akar, batang, dan daun.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan pembuatan pupuk hayati yang ramah lingkungan.
2. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai kontribusi pada perkembanngan ilmu dan pengetahuan terutama dalam bidang pertanian.
3. Penggunaan mikroba tanah menghasilkan bibit yang unggul.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroba tanah penghasil ZPT
Mikroorganisme yang hidup di dalam tanah dan bersimbiosis dengan tanaman yang menghasilkan ZPT. Secara tidak langsung fitohormon dari bakteri ini dapat menghambat organisme patogen pada tanaman. Sedangkan pengaruh secara langsung ZPT ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dapat bertindak sebagai fasilitator dalam penyerapan beberapa unsur hara dari lingkungan. Dan ada juga ZPT yang dihasilkan menjadi penghambat dalam pertumbuhan tanaman.
Jenis mikroorganisme penghasil ZPT dapat dibedakan menjadi bakteri penambat N (Azospirillum dan Azotobacter ) dan bakteri pelarut P ( Pseudomonas ). Selain memiliki kemampuan menambat Nitrogen, Azospirillum sp. Mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti auksin, IAA, giberelin, serta senyawa yang menyerupai sitokinin (Venkateswarlu dan Rao, 1983). Azospirillum yang menghasilkan IAA mampu mempercepat pertumbuhan tanaman, perkembangan akar lateral, merangsang kerapatan dan panjang rambut akar, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan serapan hara pada tanaman padi sehingga meningkatkan tinggi tanaman padi dan menjadikan bakteri ini berfungsi sebagai pupuk hayati. (Lestari et al, 2007). Selain Azospirillum sp., Azotobacter chroococcum, A. vinelandii dan A. paspali juga mampu menghasilkan auksin (Azcon & Barea, 1975).
Bakteri Pseudomonas merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Penggunaan bakteri pelarut P sebagai pupuk hayati mempunyai keunggulan antara lain hemat energi, tidak mencemari lingkungan, mampu membantu meningkatkan kelarutan P yang terserap, menghalangi terserapnya P pupuk oleh unsur-unsur penyerap dan mengurangi toksisitas Al3+, Fe3+, dan Mn2+ terhadap tanaman pada tanah asam. Pada jenis-jenis tertentu mikroba ini dapat memacu pertumbuhan tanaman karena menghasilkan ZPT serta menahan penetrasi pathogen akar karena mikroba ini mampu mengkolonisasi akar dan menghasilkan senyawa antibiotik (Setiawati,2003).
2.2. Tanaman Jagung (Zea mays)
Jagung merupakan komoditas palawija utama di Indonesia ditinjau dari aspek pengusahaan dan penggunaan hasilnya, yaitu sebagai bahan baku pangan dan pakan. Kebutuhan jagung terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan bahan baku pakan. Akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan terhambatnya upaya peningkatan produksi jagung. Penyediaan sarana produksi terutama pupuk yang sangat dibutuhkan petani mulai terganggu akibat naiknya harga pupuk, sehingga penggunaan pupuk oleh petani tidak sesuai dengan rekomendasi (Sarasutha, 2002). Tanaman jagung merupakan tanaman yang responsif terhadap pemupukan, yang terlihat nyata pada warna daunnya. Ketika warna daunnya agak kekuningan, berarti tanaman tersebut kekurangan Nitrogen. Oleh karena itu, jagung sering disebut sebagai indikator Nitrogen. Gagal atau suksesnya petani jagung dari aspek pemupukannya sangat didominasi oleh seberapa banyak Nitrogen yang diberikan, dan kecukupan unsur hara yang lain.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2011 sampai 11 Maret 2011 di Kompartemen Riset PT. Petrokimia Gresik.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman jagung siap tanam, dan beberapa mikroba tanah yang diperlakukan.
3.3 Metode Penelitian
Proses awal, inokulasi bakteri atau mikroba tanah ke dalam media cair (Nutrient Broth) kemudian dilakukan pen-shaker-an selama kurang lebih 1-2 hari. Selanjutnya, mempersiapkan media tanam berupa tanah pada polybag dengan berat kurang lebih 10 Kg beserta bibit tanaman jagung yang sudah siap tanam. Kemudian dilakukan pengenceran mikroba sampai 10-7 atau setara dengan dosis 0,5%. Lalu, dilakukan penyemprotan hasil pengenceran mikroba tanah pada tanah (media tanam) dan akar tanaman jagung. Dilakukan 6 kali pengulangan pada tiap-tiap perlakuan. Kemudian pengamatan perkembangan tanaman jagung dilakukan setiap minggu dengan melihat parameter tinggi tanaman, jumlah daun, batang dan akar.
DAFTAR PUSTAKA
Timmusk, S., B. Nicander, U. Granhall, E. Tillberg. 1999. Cytokinin Production by Paenibacillus polymyxa. Soil Biologi and Biochemistry 31 (1999) 1847 – 1852.
Pan, B. et. al. 1999. Plant-growth-promoting rhizobacteria and kinetin as way to promote corn growth and yield in a short-growing-season area. European Journal of Agronomy 11 (1999) 179 – 186.
Setiawati, C. 2003. Peranan Bakteri Terhadap Dinamika fospat. Unibraw Malang.
Pelczar, M. J & E. C.S. Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 2. Jakarta: penerbit Universitas Indonesia
http://bangkittani.com/ Bangkit Tani/Menyiasati Karakter Jagung Sebagai Indikator Nitrogen.htm
Sunday, November 13, 2011
PENGARUH MIKROBA TANAH PENGHASIL ZPT TERHADAP PERTUMBUHAN Zea mays L.
Label:
mikrobiologi,
MIKROORGANISME
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
BUDAYA BERKOMENTAR SANGAT BAIK... AYO BERKOMENTAR!!